Rabu, 09 Juli 2014
DINASTI UMAYAH TIMUR(VENA VULVENA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dinasti umayah timur adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh keturunan Umayah atas rintisan Muawiyah (661-680 M), yang berpusat di Damaskus. Dinasti Umayah timur merupakan fase ketiga dari kekuasaan Islam yang berlangsung selama lebih kurang satu abad (661-750 M). Ciri yang menonjol ditampilkan oleh dinasti Umayah ini adalah perpindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus. Kepemimpinan dikuasai militer Arab dari lapisan bangsawan; dan ekspansi kekuasaan Islam yang lebih meluas yaitu pada masa kekuasaan Islam terbentang sejak dari Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah, sampai ke perbatasan Tiongkok. Dengan demikian, selama periode Umayah berlangsung langkah-langkah baru untuk merekonstruksi otoritas dan sekaligus kekuasaan khilafah, dan menerapkan faham golongan bersama dengan elite pemerintah. Kekuasaan Arab menjadi sebuah sentralisasi monarkis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Kapan waktu berdirinya Dinasti Umayah I?
2. Bagaimana perkembangan pemerintahan Dinasti Umayah I?
3. Bagaimana kejayaan dan keruntuhan pemerintahan Dinasti Umayah I?
4. Bagaimana faktor penyebab kejayaan dan keruntuhan pemerintahan Dinasti Umayah I ?
5. Bagaimana hasil-hasil kebudayaan islam pada masa pemerintahan Dinasti Umayah I ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRINYA PEMERINTAHAN DINASTI UMAYAH TIMUR
Dinasti Umayah I didirikan oleh keturunan Umayah atas rintisan Muawiyah (661-680 M), yang berpusat di Damaskus. Sebutan Daulah Umayah berasal dari nama “ Umayah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi Manaf, salah seorang pemimpin suku Quraisy pada zaman Jahiliyah. Bani Umayah baru masuk islam setelah Nabi Muhammad saw. Berhasil menaklukkan kota mekah (Fathu Mekah).
Dinasti Umayah I, yang ibu kota pemerintahannya di Damaskus, berlangsung selama 91 tahun. Dan diperintah oleh 14 orang khalifah. Yaitu :
1. Muawiyah I bin Abu Sufyan (41-61 H / 661-680 M)
2. Yazid I bin Muawiyah (61-64 H / 680-683 M)
3. Muawiyah II bin yazid (64-65 H / 683-684 M)
4. Marwan I bin al hakam(65-66 H / 684-685 M)
5. Abdul Malik bin marwan(65 H/685 M)
6. Al-Walid I bin abdulmalik (86-97 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin abdulmalik(97-99 H/715-717 M)
8. Umar II bin abdulaziz (99-102 H/717-720 M)
9. Yazid II bin Abdul-Malik (102-106 H/720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (106-126 H/724-743 M)
11. Walid II bin yazid II (126-127 H/743-744 M)
12. Yazid III bin Al Walid(127 H/744 M)
13. Ibrahim bin Al Walid(127 H/744 M)
14. Marwan II bin Muhammad (127-133 H/744-750 M)
B. PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN PADA MASA PEMERINTAHAN DINASTI UMAYAH TIMUR
1). Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam keberbagai penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina,Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan,Rukhmenia, Uzbekistan dan Kirgis.
2). Perdagangan, setelah bani umayah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan layak. Lalu lintas darat melalui jalan sutera ke tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera, keramik, obat-obatan dan wewangian.
3). Reformasi fiskal, selama masa pemerintahan umayah hampir semua pemilik tanah baik muslim maupun non muslim, diwajibkan membayar pajak tanah. Sementara itu pajak kepala tidak berlaku bagi penduduk muslim, sehingga banyaknya penduduk yang masuk Islam secara ekonomis merupakan latar belakang berkurangnya penghasilan Negara.namun demikian dengan keberhasilan muawiyah dalam melakukan penaklukkan imperium Sassani (Parsi) beserta wilayah kepunyaan imperium Byzantium, sesungguhnya kemakmuran bagi daulah ini melimpah-limpah yang mengalir kedalam perbendaharaan Negara.
C. MUNCULNYA BANYAK PEMBERONTAKAN
Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Karena Muawiyah –radhiyallaahu ‘anhu- dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan al-Hasan bin ‘Ali –radhiyallaahu ‘anhuma-ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah –radhiyallaahu ‘anhu- diserahkan kepada dewan syura kaum Muslimin dan terserah kepada mereka siapa yang dipilih untuk mengisi kekosongan jabatan khalifah.
Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid –rahimahullaahu ta’ala- sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Ketika Yazid –rahimahullaahu ta’ala- naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid –rahimahullaahu ta’ala- kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya.
Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein bin ‘Ali dan ‘Abdullah Bin Zubair Ibnul Awwam–radhiyallaahu ‘anhum-. Bersamaan dengan itu, kaum Syi’ah(pengikut ‘Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) melakukan penggabungan kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein bin ‘Ali –radhiyallaahu ‘anhuma-. Pada tahun 680 M, ia berangkat dari Mekkah ke Kufah atas tipu daya golongan Syi’ah yang ada di Irak. Ummat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid . Mereka berusaha menghasut dan mengangkat Husein –radhiyallaahu ‘anhuma-sebagai khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karballa, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara dan seluruh keluarga Husein –radhiyallaahu ‘anhuma- kalah dan Husein –radhiyallaahu ‘anhuma- sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karballa.
Perlawanan orang-orang Syi’ah tidak padam dengan sebab terbunuhnya Husein –radhiyallaahu ‘anhuma-. Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi’ah terjadi. Yang termashur diantaranya adalah pemberontakan al-Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Al-Mukhtar (yang pada akhirnya mengaku sebagai Nabi) mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Al-Mukhtar terbunuh dalam peperangan melawan gerakan oposisi lainnya, gerakan ‘Abdullah bin Zubair –radhiyallaahu ‘anhuma-. Namun, Ibnu Zubair –radhiyallaahu ‘anhuma- juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi’ah.
‘Abdullah bin Zubair –radhiyallaahu ‘anhuma- membina gerakan oposisinya di Mekkahsetelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah al-Husein bin ‘Ali –radhiyallaahu ‘anhuma- terbunuh. Tentara Yazid kemudian mengepung Madinah dan Makkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan terhenti karena Yazid wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus. Gerakan ‘Abdullah bin Zubair –radhiyallaahu ‘anhuma- baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan ‘Abdul Malik bin Marwan. Tentara Bani Umayyah dipimpin al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi berangkat menuju Thaif, kemudian ke Madinah dan akhirnya meneruskan perjalanan ke Makkah. Ka’bah diserbu. Keluarga Ibnu Zubair –radhiyallaahu ‘anhuma- dan sahabatnya melarikan diri, sementara Ibnu Zubair –radhiyallaahu ‘anhuma- sendiri dengan gigih melakukan perlawanan sampai akhirnya terbunuh pada tahun 73 H/692 M.
Selain gerakan di atas, gerakan-gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarijdan Syi’ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan-gerakan itulah yang membuat orientasi pemerintahan dinasti ini dapat diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitarAsia Tengah) dan wilayah Afrika bagian utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol (andalus). Hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul Aziz –rahimahullaahu ta’ala- (717-720 M). Ketika dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, dia berhasil menyadarkan golongan Syi’ah. Dia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Zakat diperingan. Kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
D. KEJAYAAN DAN KEMAJUAN PEMERINTAHAN DINASTI UMAYAH TIMUR
1. Bidang Ilmu Qiraat
Ilmu qiraat adalah ilmu yang mempelajari tentang bacaan al quran. Dalam islam dikenal ada 7 macam bacaan al quran yang disebut “Qiraat Sab’ah”. Qiraat ini kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan alquran.
2. Bidang Arsitek
Seni Bangunan pada zaman muawiyah bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-kota,, bangunan agama berupa masjid-masjid. Beberapa kota baru atau kota lama telah dibangun berbagai gedung dengan gaya perpaduan Persia, Romawi dan Arab dengan dijiwai semangat Islam.
Damaskus yang pada masa sebelum Islam merupakan ibukota Kerajaan Romawi Timur di Syam, adalah kota lama yang di bangun kembali pada masa Umawiyah, dan dijadikan ibukota Daulah ini, Di Kota ini didirikan gedung-gedung indah yang bernilai seni, dilengkapi jalan-jalan dan taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Muawiyah membangun “istana hijau” di miyata dan pada tahun 704 M, istana itu di perbaharui oleh Walid ibn Abd al-Malik.
3. Organisasi Militer
Pada masa Umawiyah organisasi militer terdiri dari Angkatan Darat (al-Jund), Angkatan Laut (al-Bahriyah) dan Angkatan Kepolisian (as-Syurtah). Berbeda dengan masa Usman, bala tentara pada masa ini bukan muncul atas kesadaran sendiri untuk melakukan perjuangan, tetapi semacam dipaksakan. Sesuai dengan politik Arabnya, angkatan bersenjata meluas sampai keAfrika Utara, orang luar pun terutama bangsa barbar turut ambil bagian dalam kemiliteran ini.
E. KERUNTUHAN DAN KEMUNDURAN PADA MASA DINASTI UMAYAH TIMUR
1. Fanatisme arab yang berlebihan dari orang-orang Bani Umayah, hingga menyebabkan orang-orang Mawali (non-arab) berontak terhadap Bani Umayah.
2. Kesewenang-wenangan pribadi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan runtuhnya Umayah.
3. Faktor nepotisme keluarga Umayah yang menyebabkan terangkatnya orang-orang arab dan menenggelamkan orang lain.
4. Akibat dari kezhalimannya sendiri
5. Tradisi arab
6. Bahasa arab
7. Mayoritas khalifah tidak mampu mencapai standar persamaan dan keadilan dalam islam
8. Faktor substansial.
9. Pengangkatan dua putera mahkota
10. Potensi perpecahan antara suku, etnis dan kelompok politik yang tumbuh semakin kuat, menjadi sebab utama terjadinya gejolak politik dan kekacauan yang mengganggu stabilitas Negara
11. munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-’Abbas bin Abd al-Muthallib. Gerakan ini sepenuhnya memperoleh dukungan dari Bani Hasyim dan kubu Syi’ah serta golongan Mawali yang merasa dianggap sebagai masyarakat kelas dua oleh pemerintahan Dinasti Umayyah.
F. FAKTOR PENYEBAB KEJAYAAN DAN KERUNTUHAN MASA DINASTI UMAYAH TIMUR
1. Faktor Kejayaan Pada Masa Umayah Timur
masa disintegrasi yang dapat dicegah pada masa pemerintahan Abdul Malik.
sistem Administrasi yang disempurnakan pada masa Abdul Malik.
bani Umayah berhasil memperluas kekuasaan islam kepenjuru dunia.
islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas.
telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing tokoh spesialisnya.
2. Faktor Kemunduran pada Masa Umayah Timur
persoalan suksesi kekhalifahan.
sikap glamour penguasa.
perlawanan kaum khawarij.
perlawanan kaum syiah.
meruncingnya pertentangan etnis.
timbulnya stratifikasi sosial.
munculnya kekuatan baru.
3. Hasil Budaya Pada Masa Pemerintahan Dinasti Umayah Timur
a. Sastra dan Seni
Salah satu contoh hasil budaya yang terlihat pada masa Dinasti Umayah sebuah hasil sastra dan seni yang berkembang pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Salah satu contohnya yaitu :
• “sungguh aku telah hidup sejenak didalam zaman, dan dapat menguasai dunia dengan pedangku yang tajam.
• Maka lenyaplah secepat kilat apa yang selamat ini menjadi kebanggaanku, lenyap kedalam tumpukan peristiwa-peristiwa lama yang telah berlalu.
• Aduhai, alangkah berbahagianya aku, seandainya aku tak mencurahkan perhatianku sekejappun jua kepada kerajaan ini, dan aku tidak dimabuk hidup nikmat yang nyaman ini.
• Melainkan, hidup sebagai seorang miskin, yang hanya mempunyai dua helai kain yang telah lusuh, hanya hidup sekedar cukup tiada bersisa, dan terus demikian sampai masuk keliang kubur”.
b. Kerajinan
Pada masa khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian Khalifah dan para pembesar pemerintahan. Format tiraz yang mula-mula merupakan terjemahan dari rumus Kristen, kemudian oleh Abdul Aziz (gubernur Mesir) diganti dengan rumus Islam, lafaz “La Illaha Illa Allah”. Guna memperlancar produktifitas pakaian resmi kerajaan, maka Abdul Malik mendirikan pabrik-pabrik kain. Setiap pabrik diawasi oleh “sahib at-Tiraz”, yang bertujuan mengawasi tukang emas dan penjahit, menyelidiki hasil karya dan membayar gaji mereka.
c. Seni lukis
Pada masa pemerintahan khalifah Muawiyah sudah mendapat perhatian masyarakat. Seni lukis tersebut selain terdapat di masjid-masjid, juga tumbuh di luar masjid. Adanya lukisan dalam istana Bani Umayah, merupakan langkah baru yang muncul di kalangan bangsawan Arab. Sebuah lukisan pertama kali yang ditorehkan oleh khalifah Walid I, yaitu lukisan berbagai gambar binatang. Adapun corak dan warna lukisan masih bersifat Hellenisme murni, tetapi kemudian dimodifikasi menurut cara-cara Islam. Sehingga sangat menarik perhatian para penulis Eropa.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah pemerintahan Daulat Bani Umayyah timur yang berpusat di Damasakus. Oleh karna itu Daulat Bani Umayyah memendahkan ibukota kekuasaan dari Madinah ke Damaskus. Kemudian kepemimpinan dikuasai militer Arab dari lapisan bangsawan dan ekspansi kekuasaan Islam yang lebih meluas yaitu pada masa kekuasaan Islam terbentang sejak dari Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah, sampai keperbatasan Tiongkok. Walaupun pemerintahan Daulat Bani Umyyah menggunakan sistem monarchi, tetapi mereka telah mengembangkan lembaga-lembaga Islam. Hal ini telah didukung oleh para khalifahnya untuk pengembangan peradaban Islam. Namun setelah itu Bani Umayyah runtuh disebabkan karena para khalifah hidup bermewah-mewahan. Berarti Daulat Bani Umayyah terbagi menjadi tiga masa yaitu masa permulaan, perkembangan dan keruntuhan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam jld.2.Pustaka Al Husna Baru. 2003
Abdul halim ‘uwais.analisa runtuhnya daulah-daulah islam.pustaka mantiq.1982
http://sejarahislam.co.id
N Abbas Wahid-Suratno.khazanah sejarah kebudayaan islam. Hal. Solo: tiga serangkai pustaka mandiri,2008
siti maryam,dkk.ed. sejarah peradaban islam:dari masa klasik hingga modern. .yogyakarta : LESFI,2002
Catatan kaki (foot note)
1 siti maryam,dkk.ed. sejarah peradaban islam:dari masa klasik hingga modern .yogyakarta : LESFI,2002
2 siti maryam,dkk.ed. sejarah peradaban islam:dari mas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar