Rabu, 09 Juli 2014

ASBABUN NUZUL (BERSAMAvenavulvena)

ULUMUL QURAN Nama :Yusup Ridwan Prodi :Muamalah II NPM :13110024 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. ASBABUN NUZUL SURAT YUSUF AYAT 3 نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ (3) Imam Thabrani dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a., bahwasanya Arbad bin Qais dan Amir bin Thufail datang ke Madinah menemui Rasulullah saw. Lalu Amir bin Thufail berkata, "Hai Muhammad! Hadiah apakah yang akan engkau berikan kepadaku, jika aku masuk Islam?" Rasulullah saw. menjawab, "Engkau akan mendapatkan sebagaimana apa yang didapat oleh kaum Muslimin yang lain, dan engkau pun akan menerima seperti apa yang mereka alami?" Lalu Amir berkata lagi, "Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai penggantimu sesudahmu?" Rasulullah saw. menjawab, "Hal tersebut bukan untukmu dan bukan untuk kaummu." Lalu mereka berdua keluar dari majelis Rasulullah saw. Setelah mereka keluar, lalu Amir berkata kepada Arbad, "Bagaimana kalau aku menyibukkan diri Muhammad dengan berbicara kepadanya, kemudian dari belakang kamu tebas dia dengan pedangmu?" Arbad setuju dengan usul tersebut, lalu keduanya kembali lagi menemui Rasulullah saw. Sesampainya di sana Amir berkata, "Hai Muhammad! Berdirilah bersamaku, aku akan berbicara kepadamu." Kemudian Amir berbicara kepadanya, dan Arbad menghunus pedangnya; akan tetapi ketika Arbad meletakkan tangannya pada pegangan pedangnya, tiba-tiba tangannya lumpuh. Dan Rasulullah saw. melirik kepadanya serta melihat tingkahnya itu dengan jelas, lalu beliau berlalu meninggalkan mereka. Maka setelah itu keduanya pergi, dan ketika mereka berdua sampai di kampung Ar-Raqm, lalu Allah mengutus halilintar kepada Arbad untuk menyambarnya, maka halilintar itu membunuhnya. Kemudian turunlah firman-Nya, "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan..." (Q.S. Ar-Ra'd 8) sampai dengan firman-Nya, "Dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya." (Q.S. Ar-Ra'd 13). Nama : Prodi :Muamalah II NPM :13110024 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Sebab turun Surah Al Kahfi ayat 28 28. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi’, kecuali dengan menyebut ‘Insya Allah’”. (Q.S. Al Kahfi 28-34). Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, “Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi.” Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi’ yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, “Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk”. Maka turunlah ayat di atas. TUGAS ULUMUL QURAN Nama :Teti Hidayanti Prodi :Muamalah II NPM :13110020 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. ASBABUN NUZUL SURAH LUQMAN 6 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ 6) Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa orang-orang ahli kitab bertanya kepada Rasulullah saw. tentang roh. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, 'Roh itu termasuk urusan Rabbku,' tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Q.S. Al-Isra 85) Kemudian orang-orang ahli kitab itu berkata, "Apakah kamu menduga bahwa kami tidak diberi ilmu melainkan sedikit, sedangkan kami telah diberi kitab Taurat dan kitab Taurat itu adalah hikmah, dan barang siapa yang diberi hikmah maka sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak." Maka turunlah firman-Nya, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena..." (Q.S. Luqman 27) Ibnu Ishak mengetengahkan sebuah hadis melalui Atha' bin Yasar yang menceritakan, bahwa telah turun di Mekah ayat ini, yaitu firman-Nya, "Dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit." (Q.S. Al-Isra 85) Ketika Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah, lalu para pendeta Yahudi mendatanginya seraya bertanya, "Benarkah bahwa engkau telah mengatakan, 'Dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit.' (Q.S. Al-Isra 85) Apakah kamu mengalamatkannya kepada kami ataukah kepada kaummu sendiri?" Rasulullah saw. menjawab, "Aku alamatkan kepada semuanya tanpa kecuali." Lalu mereka berkata, "Bukankah kamu telah membaca dalam kitabmu, bahwa sesungguhnya kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terkandung penjelasan segala sesuatu?" Rasulullah saw. menjawab, "Itu menurut ilmu Allah masih sedikit." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena..." (Q.S. Luqman 27) Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis yang sama lafalnya melalui Said atau Ikrimah yang bersumberkan dari Ibnu Abbas r.a. Abu Syekh mengetengahkan sebuah hadis di dalam kitab Al-'Uzhmah-nya demikian pula Ibnu Jarir yang kedua-duanya melalui Qatadah. Qatadah menceritakan, bahwa orang-orang musyrik berkata, "Sesungguhnya (Alquran) ini adalah perkataan yang sedikit lagi akan habis." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi..." (Q.S. Luqman 27) NAMA :TINA ATIANTI PRODI :MUAMALAH II NPM :13110024 DOSEN :DR.AHMAD IZZAN M,AG. ASBABUN NUZUL SURAH AL MUJAADILAH 1 قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ (1 Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Muqatil yang ia terima dari Ibnu Hibban yang menceritakan, bahwa adalah antara Nabi saw. dan antara orang-orang Yahudi saling berdamai. Tetapi orang-orang Yahudi itu apabila ada seseorang dari kalangan para sahabat lewat di hadapan mereka, maka mereka duduk di antara sesama mereka seraya mengadakan pembicaraan rahasia di antaranya, sehingga orang mukmin yang melewati mereka menduga, bahwa mereka sedang membuat pembicaraan rahasia untuk membunuhnya atau melakukan tindakan yang tidak disukainya. Lalu Nabi saw. mencegah atau melarang mereka melakukan pembicaraan rahasia, akan tetapi mereka tidak juga mau berhenti dari perbuatan itu. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia..." (Q.S. Al-Mujadilah 8) Imam Ahmad, Imam Bazzar dan Imam Thabrani semuanya mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang jayyid/baik melalui Abdullah bin Amr, bahwa orang-orang Yahudi selalu mengucapkan salam kepada Rasulullah saw. dengan kata-kata "as-Sammu 'alaikum" (semoga kematian atas kamu). Kemudian mereka berkata kepada diri mereka sendiri, "Mengapa Allah tidak mengazab kami atas apa yang telah kami katakan ini." Lalu Allah menurunkan ayat ini, yaitu firman-Nya, "Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu." (Q.S. Al-Mujadilah 8). Dalam bab yang sama diriwayatkan pula melalui sahabat Anas r.a. dan Siti Aisyah r.a. Nama :nadia Prodi :Muamalah II NPM :13110024 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 104 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (104) Diketengahkan oleh Ibnu Mundzir, dari Sadiy, katanya, "Ada dua orang Yahudi, yaitu Malik bin Shaif dan Rifa`ah bin Zaid, jika mereka bertemu dengan Nabi saw. dan melawannya berbicara, mereka mengatakan kepadanya, 'Raa`ina dan seterusnya.' Menurut dugaan kaum muslimin, ini adalah perkataan yang biasa diucapkan oleh Ahli Kitab untuk menghormati nabi-nabi mereka, sehingga mereka pun mengucapkan pula kepada Nabi saw. Maka Allah swt. pun menurunkan, 'Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan 'raa`naa', tapi katakanlah! 'unzhurnaa', dan hendaklah kamu dengarkan!" Dikeluarkan oleh Abu Na`im dalam kitab Dalail, dari jalur Sadiyush Shaghir dari Al-Kalbiy, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, katanya, "Dalam bahasa orang-orang Yahudi, raa`ina itu berarti makian keji. Tatkala mereka mendengar kawan-kawan mereka mengucapkannya, mereka pun menggalakkan pemakaiannya, di antara sesama mereka. Maka turunlah ayat tersebut, dan kebetulan Saad bin Muaz mendengar ucapan itu dari mulut orang-orang Yahudi, maka katanya kepada mereka, 'Hai musuh-musuh Allah! Sekiranya aku mendengar ucapan itu dari mulut salah seorang kamu setelah pertemuan ini, maka akan aku tebas batang lehernya!'" Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari Dhahhak, katanya, "Seseorang mengatakan ari'ni sam`aka', maka turunlah ayat ini." Diketengahkan pula dari Athiyyah, katanya, "Segolongan orang Yahudi mengatakan ari'na sam`aka, hingga beberapa orang kaum Muslimin mengucapkannya pula. Allah tidak menyukainya, maka turunlah ayat ini." Diketengahkan pula dari Qatadah, katanya, "Mereka biasa mengatakan raa'inaa sam'aka. Maka datanglah orang-orang Yahudi, lalu mengatakan pula seperti itu, hingga turunlah ayat." Diketengahkan pula dari Atha', katanya, "Ucapan itu merupakan ungkapan orang-orang Ansar di masa jahiliah, maka turunlah ayat." Diketengahkan pula dari Abu Aliyah, katanya, "Orang-orang Arab itu, jika mereka berbicara sesama mereka, maka salah seorang mereka biasa mengatakan kepada sahabatnya, 'Ari'ki sam`aka'. Maka mereka pun dilarang mengucapkan demikian." Nama :wiwit Prodi :Muamalah II NPM :13110024 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 108 أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (108) Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur Said atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya: Berkata Rafi` bin Huraimalah dan Wahab bin Zaid kepada Rasulullah saw., "Hai Muhammad! Datangkanlah kepada kami suatu Kitab yang kamu turunkan dari langit dan dapat kami baca, atau pancarkanlah bagi kami anak-anak sungai agar kami mengikuti dan membenarkanmu." Maka Allah pun menurunkan tentang hal itu. "Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasulmu.." sampai dengan "...sesat dan jalan yang lurus" (Q.S. Al-Baqarah 108) Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari Mujahid, katanya, "Orang-orang Quraisy meminta kepada Muhammad untuk mengubah bukit Shafa menjadi bukit emas. Maka jawabnya kepada mereka, 'Baiklah, hal itu kelak bagimu sama halnya dengan hidangan dari langit bagi Bani Israel jika kamu nanti kafir.' Mereka pun menolak dan berbalik surut. Maka Allah pun menurunkan, 'Apakah kamu menghendaki...' sampai akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 108) Diketengahkannya pula dari Sadiy, katanya, "Orang-orang Arab meminta kepada Nabi Muhammad saw. untuk mendatangkan Allah hingga mereka dapat melihat-Nya secara nyata. Maka turunlah ayat ini." Diketengahkannya pula dari Abu Aliyah, katanya, "Seorang laki-laki berkata, 'Sekiranya kafarat (denda penebus dosa) kita seperti kafarat Bani Israel!' Jawab Nabi saw., 'Apa yang diberikan Allah kepada kamu, lebih baik! Orang-orang Israel, jika salah seorang di antara mereka berbuat kesalahan, maka ia akan menemukan kesalahan itu terpampang di pintunya berikut kafaratnya. Jika kafarat itu dipenuhi, ia akan ditimpa kehinaan di dunia dan jika tidak, maka ia akan mengalaminya di akhirat. Sedangkan kamu diberi Allah yang lebih baik dari itu.' Firman-Nya, 'Barang siapa yang mengerjakan suatu kejahatan atau menganiaya dirinya...' sampai akhir ayat. (Q.S. An-Nisa 110). Salat lima waktu dan dari Jumat ke Jumat berikutnya merupakan kafarat terhadap kesalahan yang terdapat di antara keduanya." Maka Allah pun menurunkan, "Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasulmu..." sampai akhir ayat. (Q.S. Al-Baqarah 108). Nama :ica Prodi :Muamalah II NPM :13110024 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 125 وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ (125) Diriwayatkan oleh Bukhari dan lain-lainnya dari Umar, katanya, "Jalan pikiranku sesuai dengan kehendak Tuhanku dalam tiga perkara. Aku katakan kepada Rasulullah saw., 'Bagaimana jika Anda ambil sebagian makam Ibrahim sebagai tempat salat?' Maka turunlah ayat, 'Dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim sebagai tempat salat.' (Q.S. Al-Baqarah 125). Kata aku pula, 'Wahai Rasulullah! Yang masuk ke tempat para istri Anda itu ialah orang baik-baik dan orang jahat. Bagaimana kalau mereka Anda suruh memakai hijab?' Maka turunlah ayat mengenai hijab. Kemudian istri-istri Nabi berdiri dalam satu barisan menentang beliau disebabkan rasa cemburu. Maka aku katakan kepada mereka, 'Siapa tahu kalau-kalau beliau menceraikan kalian, maka Tuhannya akan mengganti kalian dengan istri-istri yang lebih baik dari kalian!' Maka turunlah pula ayat seperti ini." Riwayat ini mempunyai jalur yang banyak, di antaranya ialah yang dikeluarkan oleh Ibnu Hatim dan Ibnu Murdawaih, dari Jabir, katanya, "Tatkala Nabi saw. melakukan tawaf, berkatalah Umar kepadanya, 'Bukankah ini makam bapak kita, Ibrahim?' Jawabnya, 'Memang benar.' Kata Umar pula, 'Kenapa tidak kita jadikan tempat ini sebagai tempat salat.' Maka Allah pun menurunkan, 'Dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim sebagai tempat salat!'" (Q.S. Al-Baqarah 125). Diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih, dari jalur Amar bin Maimun, dari Umar bin Khattab, bahwa ia lewat id makam Ibrahim, maka tanyanya, "Wahai Rasulullah! Tidakkah kita akan berdiri di makam Ibrahim berdoa kepada Tuhan kita dan Tuhan Nabi Ibrahim?" Jawabnya, "Benar." Kata Umar, "Bagaimana kalau kita jadikan tempat ini sebagai tempat salat." Tidak lama kemudian turunlah, "Dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim sebagai tempat salat!" (Q.S. Al-Baqarah 125). Keterangan ini dan yang sebelumnya pada lahirnya menunjukkan bahwa ayat ini turun di waktu haji Wada. Nama :riki Prodi :Muamalah II NPM :13110024 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 158 إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ (158) Diketengahkan oleh Bukhari dan Muslim dan lain-lain dari Urwah dari Aisyah, katanya kepada Aisyah, "Bagaimana pendapat Anda tentang firman Allah, 'Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian dan syiar-syiar Allah,' maka barang siapa yang beribadah Haji ke Baitullah atau berumrah, maka tak ada dosa baginya untuk mengerjakan sai di antara keduanya.' (Q.S. Al-Baqarah 158). Saya lihat tak ada alasan bagi seseorang untuk tidak bersai di antara keduanya." Jawab Aisyah, "Jelek sekali apa yang kamu katakan itu, wahai keponakanku! Sekiranya ayat itu menurut apa yang kamu takwilkan, tentulah dia akan berbunyi, 'Maka tidak ada dosa baginya untuk tidak melakukan sai di antara keduanya.' (Q.S. Al-Baqarah 18). Tetapi sebenarnya ia diturunkan terhadap orang-orang Ansar. Sebelum masuk Islam, mereka mengadakan upacara-upacara ke berhala Manat dan sesudah masuk Islam sebagian warganya merasa keberatan untuk sai di antara Safa dan Marwah. Lalu mereka tanyakan hal itu kepada Rasulullah saw., kata mereka, 'Wahai Rasulullah! Kami merasa keberatan untuk sai di antara Safa dan Marwah di masa jahiliah?' Maka Allah pun menurunkan, 'Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian di antara syiar-syiar Allah...' sampai dengan firman-Nya '...maka tak ada dosa baginya untuk mengerjakan sai di antara keduanya.'" (Q.S. Al-Baqarah 158). Diketengahkan oleh Bukhari dari Ashim bin Sulaiman katanya, "Saya tanyakan kepada Anas tentang Safa dan Marwah." Jawabnya, "Selama ini kami menganggapnya sebagai urusan jahiliah, dan setelah Islam datang kami menahan diri untuk membicarakannya", maka Allah pun menurunkan, "Sesungguhnya Shafa dan Marwah termasuk dalam syiar-syiar Allah." (Q.S. Al-Baqarah 158). Diketengahkan oleh Hakim dari Ibnu Abbas, katanya, "Di masa jahiliah, setan-setan gentayangan sepanjang malam di antara Safa dan Marwah, dan di antara keduanya itu terdapat berhala-berhala mereka. Maka tatkala Islam datang, kaum muslimin pun mengatakan, 'Wahai Rasulullah! Kami tak hendak sai lagi di antara Safa dan Marwah. Cukuplah kami melakukannya di masa jahiliah.' Maka Allah pun menurunkan ayat ini." Nama :uum Prodi :Muamalah II NPM :13110024 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 164 إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (164) Diketengahkan oleh Said bin Manshur dalam Sunan-nya dan Faryabi dalam Tafsirnya, serta Baihaqi dalam 'Syu`abul Iman' dari Abu Dhuha, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Tuhanmu ialah Tuhan Yang Satu, tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,' (Q.S. Al-Baqarah 163) orang-orang yang musyrik pun merasa heran dan mengatakan, 'Tuhan Yang Satu? Sekiranya ia benar, cobalah datangkan sebuah tanda atau buktinya kepada kami!', maka Allah pun menurunkan, 'Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi...' sampai dengan firman-Nya, '...bagi kaum yang mengerti.'" (Q.S. Al-Baqarah 164). Kataku, "Hadis ini mu`dhal, tetapi ada hadis lain yang menjadi saksinya dikeluarkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Abu Syeikh dalam Kitab 'Al-Azhamah' yang diterima dari Atha." Ia mengatakan kepada Nabi saw. di Madinah turun ayat, "Tuhanmu ialah Tuhan yang satu, tiada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Baqarah 163). Maka orang-orang kafir Quraisy di Mekah pun berkata, "Mana mungkin manusia yang begitu banyak diatur hanya oleh satu Tuhan." Lalu Allah pun menurunkan, "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi..." sampai dengan firman-Nya, "...bagi kaum yang mengerti." (Q.S. Al-Baqarah 164). Dan diketengahkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Mardawaih dari jalur yang baik dan bersambung (maushul) dari Ibnu Abbas katanya, "Orang-orang Quraisy mengatakan kepada Nabi saw., 'Mohonkanlah kepada Allah agar bukit Safa dijadikannya bagi kami sebuah bukit emas hingga menjadi kekuatan bagi kami untuk menghadapi musuh-musuh kami." Allah pun mewahyukan kepadanya, "Baiklah, Aku akan memberikannya kepada mereka, tetapi sekiranya mereka kafir lagi sesudah itu, maka Aku akan menyiksa mereka dengan suatu siksaan yang belum pernah Kutimpakan kepada seorang pun di antara penghuni alam!" Jawab Nabi saw., "Wahai Tuhanku! Biarkanlah aku menghadapi kaumku dan aku akan menyeru mereka dari hari ke hari." Maka Allah pun menurunkan ayat ini, "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dengan siang." (Q.S. Al-Baqarah 164). Betapa pula mereka akan meminta bukit emas padamu lagi, padahal mereka telah menyaksikan bukti-bukti yang lebih besar! Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 196 وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (196) Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Shafwan bir Umaiyah, katanya, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dengan bergelimang minyak wangi dan memakai jubah, lalu tanyanya, 'Apa yang harus saya lakukan dalam umrah saya wahai Rasulullah?' Maka Allah pun menurunkan 'Sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 196). Lalu tanya Nabi saw., 'Mana dia si penanya tadi?' 'Ini saya', jawabnya. Maka Sabda Nabi saw., 'Tanggalkanlah pakaianmu, kemudian mandilah dan beristinsyaqlah (untuk membersihkan hidungmu) sebanyak mungkin, lalu kerjakanlah buat umrahmu apa-apa yang harus kamu kerjakan dalam hajimu!'" Diriwayatkan oleh Bukhari dari Kaab bin Ujrah bahwa ia ditanya orang tentang firman Allah swt., "Maka hendaklah membayar fidyah berupa puasa" (Q.S. Al-Baqarah 196), maka katanya, "Saya dibawa orang kepada Nabi saw. sementara kutu-kutu berjatuhan ke muka saya, maka sabdanya, 'Tidak saya kira bahwa penyakitmu sampai sedemikian rupa! Tidakkah kamu punya uang untuk membeli seekor kambing?' 'Tidak,' jawabnya. Lalu sabda Nabi saw., 'Berpuasalah tiga hari dan beri makanlah enam orang miskin, untuk setiap orang miskin setengah sukat makanan, lalu cukurlah rambutmu!'" Jadi ayat itu turun buat saya secara khusus dan buat tuan-tuan secara umum. Diketengahkan pula oleh Ahmad dari Kaab, katanya, "Kami berada bersama Nabi saw. di Hudaibiah dalam keadaan kekurangan karena orang-orang musyrik telah mengepung kami. Kebetulan saya berambut panjang lagi lebat hingga kutu-kutu berjatuhan ke muka saya. Tiba-tiba Nabi saw. lewat di depan saya lalu tanyanya, 'Apakah kutu-kutu di kepalamu ini mengganggumu?' Lalu disuruhnya saya bercukur." Katanya pula, "Dan turunlah ayat ini, 'Maka barang siapa di antara kamu yang sakit, atau ada yang mendapat gangguan di kepalanya, wajiblah ia berfidyah, yaitu berpuasa, atau bersedekah atau berkurban.'" (Q.S. Al-Baqarah 196). Diketengahkan pula oleh Wahidi dari jalur `Atha' dari Ibnu Abbas, katanya, "Tatkala kami berkemah di Hudaibiyah datanglah Kaab bin Ujrah dengan kutu-kutu yang bertaburan di mukanya. Katanya, 'Wahai Rasulullah! Kutu-kutu ini sangat menggangguku.' Maka dalam suasana seperti itu, Allah pun menurunkan, 'Maka barang siapa yang di antara kamu sakit...' sampai akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 196) Sebab turun Surah Al Kahfi 33 33. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu, Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi’, kecuali dengan menyebut ‘Insya Allah’”. (Q.S. Al Kahfi 28-34). Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, “Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi.” Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi’ yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, “Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk”. Maka turunlah ayat di atas. Sebab turun Surah Al Kahfi ayat 110 110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. berkata kepada malaikat Jibril, “Apakah gerangan yang menyebabkanmu tidak menziarahiku sebagaimana biasanya?”. Lalu turunlah firman-Nya, “Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu…” (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan bahwa malaikat Jibril tidak turun membawa wahyu. Kemudian hadis Ikrimah ini menceritakan hal yang sama dengan hadis di atas tadi. Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Anas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi saw. bertanya kepada malaikat Jibril tentang daerah mana yang disukai oleh Allah dan daerah mana yang dibenci oleh-Nya. Maka malaikat Jibril menjawab, “Aku tidak tahu, nanti akan kutanyakan (kepada-Nya)”. Selanjutnya malaikat Jibril turun lagi yang pada saat itu ia telah absen selama beberapa waktu tidak turun menemui Nabi saw. Maka Nabi saw. berkata kepadanya, “Sungguh engkau absen datang kepadaku, sehingga aku sangat merindukanmu”. Ketika itu juga malaikat Jibril membacakan firman-Nya, “Dan tidaklah kami turun, melainkan dengan perintah Rabbmu.” (Q.S. Maryam, 64). Ibnu Ishaq mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ketika orang-orang Quraisy menanyakan kepada Nabi saw. perihal Ash-habul Kahfi, maka selama lima belas hari Allah tidak menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi saw. Ketika malaikat Jibril turun dengan membawa wahyu-Nya, Nabi saw. berkata kepadanya, “Mengapa engkau absen?” Kemudian Ibnu Ishak menyebutkan kelanjutan hadis ini sama dengan hadis-hadis yang sebelumnya. Sebab turun Surah Al Kahfi ayat 109 109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. Imam Hakim dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi, “Berikanlah kepada kami sesuatu untuk kami tanyakan kepada lelaki ini (Nabi Muhammad)”. Lalu orang-orang Yahudi itu berkata, “Tanyakanlah kepadanya tentang roh”, lalu orang-orang Quraisy menanyakan kepada Nabi saw. maka turunlah firman-Nya, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, ‘Roh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.’” (Q.S. Al Isra, 85). Di kala itu juga orang-orang Yahudi berkata, “Kami telah diberi ilmu yang banyak. Kami telah diberi kitab Taurat; barang siapa yang diberi kitab Taurat, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak.” Maka turunlah firman-Nya menyanggah perkataan mereka, yaitu, “Katakanlah, ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Rabbku.’” (Q.S. Al Kahfi, 109). Sebab turun Surah Al Kahfi 30 30. Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi’, kecuali dengan menyebut ‘Insya Allah’”. (Q.S. Al Kahfi 28-34). Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, “Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi.” Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi’ yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, “Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk”. Maka turunlah ayat di atas. Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Ar Ra'd 8 اللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَمَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ (8) Imam Thabrani dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a., bahwasanya Arbad bin Qais dan Amir bin Thufail datang ke Madinah menemui Rasulullah saw. Lalu Amir bin Thufail berkata, "Hai Muhammad! Hadiah apakah yang akan engkau berikan kepadaku, jika aku masuk Islam?" Rasulullah saw. menjawab, "Engkau akan mendapatkan sebagaimana apa yang didapat oleh kaum Muslimin yang lain, dan engkau pun akan menerima seperti apa yang mereka alami?" Lalu Amir berkata lagi, "Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai penggantimu sesudahmu?" Rasulullah saw. menjawab, "Hal tersebut bukan untukmu dan bukan untuk kaummu." Lalu mereka berdua keluar dari majelis Rasulullah saw. Setelah mereka keluar, lalu Amir berkata kepada Arbad, "Bagaimana kalau aku menyibukkan diri Muhammad dengan berbicara kepadanya, kemudian dari belakang kamu tebas dia dengan pedangmu?" Arbad setuju dengan usul tersebut, lalu keduanya kembali lagi menemui Rasulullah saw. Sesampainya di sana Amir berkata, "Hai Muhammad! Berdirilah bersamaku, aku akan berbicara kepadamu." Kemudian Amir berbicara kepadanya, dan Arbad menghunus pedangnya; akan tetapi ketika Arbad meletakkan tangannya pada pegangan pedangnya, tiba-tiba tangannya lumpuh. Dan Rasulullah saw. melirik kepadanya serta melihat tingkahnya itu dengan jelas, lalu beliau berlalu meninggalkan mereka. Maka setelah itu keduanya pergi, dan ketika mereka berdua sampai di kampung Ar-Raqm, lalu Allah mengutus halilintar kepada Arbad untuk menyambarnya, maka halilintar itu membunuhnya. Kemudian turunlah firman-Nya, "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan..." (Q.S. Ar-Ra'd 8) sampai dengan firman-Nya, "Dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya." (Q.S. Ar-Ra'd 13). Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Ar Ra'd 9 عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ الْمُتَعَالِ (9) Imam Thabrani dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a., bahwasanya Arbad bin Qais dan Amir bin Thufail datang ke Madinah menemui Rasulullah saw. Lalu Amir bin Thufail berkata, "Hai Muhammad! Hadiah apakah yang akan engkau berikan kepadaku, jika aku masuk Islam?" Rasulullah saw. menjawab, "Engkau akan mendapatkan sebagaimana apa yang didapat oleh kaum Muslimin yang lain, dan engkau pun akan menerima seperti apa yang mereka alami?" Lalu Amir berkata lagi, "Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai penggantimu sesudahmu?" Rasulullah saw. menjawab, "Hal tersebut bukan untukmu dan bukan untuk kaummu." Lalu mereka berdua keluar dari majelis Rasulullah saw. Setelah mereka keluar, lalu Amir berkata kepada Arbad, "Bagaimana kalau aku menyibukkan diri Muhammad dengan berbicara kepadanya, kemudian dari belakang kamu tebas dia dengan pedangmu?" Arbad setuju dengan usul tersebut, lalu keduanya kembali lagi menemui Rasulullah saw. Sesampainya di sana Amir berkata, "Hai Muhammad! Berdirilah bersamaku, aku akan berbicara kepadamu." Kemudian Amir berbicara kepadanya, dan Arbad menghunus pedangnya; akan tetapi ketika Arbad meletakkan tangannya pada pegangan pedangnya, tiba-tiba tangannya lumpuh. Dan Rasulullah saw. melirik kepadanya serta melihat tingkahnya itu dengan jelas, lalu beliau berlalu meninggalkan mereka. Maka setelah itu keduanya pergi, dan ketika mereka berdua sampai di kampung Ar-Raqm, lalu Allah mengutus halilintar kepada Arbad untuk menyambarnya, maka halilintar itu membunuhnya. Kemudian turunlah firman-Nya, "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan..." (Q.S. Ar-Ra'd 8) sampai dengan firman-Nya, "Dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya." (Q.S. Ar-Ra'd 13). Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nisaa' 52 أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ وَمَنْ يَلْعَنِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا (52) Ahmad dan Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Tatkala Ka'ab bin Asyraf datang ke Mekah, berkatalah orang-orang Quraisy kepadanya, 'Tidakkah Anda lihat si kepala batu yang telah dikucilkan dari kaumnya itu, ia menyangka bahwa ia lebih baik daripada kami, padahal kami petugas-petugas haji yang melayani makan minum jemaah serta keamanan mereka.' Jawab mereka, 'Kamu lebih baik.' Maka turunlah mengenai mereka ayat, 'Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus.' (Al-Kautsar 3) Dan diturunkan pula, 'Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang diberi bagian Alkitab...' sampai dengan, '...penolong.'" (Q.S. An-Nisa 51-52) Ibnu Ishak mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Di antara orang-orang yang mengambil prakarsa untuk menggerakkan persekutuan di antara orang-orang Quraisy dengan Gathaan dan Bani Quraizhah ialah Huyai bin Akhthab, Salam bin Abu Haqiq, Abu Rafi', Rabi' bin Abu Haqiq, Abu Imarah dan Haudzhah bin Qais, kesemua mereka dari warga Bani Nadhir. Tatkala mereka ini mengadakan kunjungan kepada orang-orang Quraisy, beberapa orang warga Mekah mengatakan, 'Mereka itu adalah pendeta-pendeta Yahudi dan para ahli mereka mengenai kitab-kitab suci yang pertama dulu. Baik tanyakan pada mereka, manakah yang lebih baik, apakah agama kamu ataukah agama Muhammad.' Lalu mereka tanyakan, dan jawabannya ialah, 'Agamamu lebih baik dari agama mereka, dan kamu lebih banyak dapat petunjuk daripadanya dan dari pengikut-pengikutnya.' Maka Allah pun menurunkan, 'Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang diberi Alkitab...' sampai dengan, '...kerajaan besar.'" (Q.S. An-Nisa 51-54) QS. Al-Maidah: 87-88: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (87) وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ (88) Munasabah: Setelah Allah membahas rinci perbincangan kaum Yahudi dan Nasrani, Allah kembali menjelaskan tentang hukum. (Ar-Razi) Karena ayat lalu menjelaskan sikap Nasrani sebagai ruhbân (pendeta) yang bahkan juga berlebihan dengan mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah yang kesannya Allah memuji-muji mereka, maka ayat ini melarang kaum mukmin untuk melakukan seperti itu. (Al-Bahru) Asbab Nuzul: 1. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa ada seseorang berkata pada Nabi saw: sesungguhnya jika aku makan daging, akan tergerak syahwatku pada wanita. Maka aku haramkan makan daging. Kemudian turunlah ayat ini. (Asbabun Nuzul) 2. Ibnu Abbas juga mengisahkan bahwa ada beberapa sahabat yang bersumpah: kami akan memotong kelamin, meninggalkan dunia, dan mengembara sebagaimana ruhbân. Kemudian sampai pada Nabi dan beliau bersabda: tapi aku puasa, tidur, dan menikah. Barang siapa membenci sunnahku, bukan ummatku. (Ad-Dur) 3. Abdullah bin Rawahah bercerita saat istrinya tidak menyuguhi tamu lantaran menunggunya, lalu dia berkata: celaka kamu, kenapa harus menungguku. Aku bersumpah, makanan ini haram untukku. Istri dan tamu juga bersumpah sepertinya. Lalu dia mengajak mereka makan. Kemudian paginya beliau bercerita pada Nabi dan beliau bersabda: ahsanta: Kamu baik. (Ibnu Atiyyah) 4. Anas bercerita: beberapa sahabat datang ke rumah istri Nabi dan bertanya amal beliau. Setelah mereka tahu, mereka berjanji tidak menikah, dan tidak tidur. Saat Nabi tahu, beliau melarangnya. (Al-Bukhari, Ibnu Katsir) Kosa Kata: 1. La tuharrimû: jangan menahan diri seperti barang haram, atau jangan berkata: saya haramkan hal ini padaku. (Zamakhsyari) 2. Halâlan: menjadi hal kata razaqa. (Zamakhsyari) 3. Ath-Thayyibât: makanan yang enak, terbukti disandarkan pada ahalla. (Ibnu Atiyyah) 4. Kulû: maksudnya konsumsilah, baik dengan memakan, minum, memakai, mengendarai, dll. (Ibnu Atiyyah) Tafsir Riwayah: 1. Walâ ta’tadû: As-Sudi menafsiri: jangan mencegah diri, jadi ini taukid ayat sebelumnya. Al-Hasan menafsiri: jangan kelewat batas dengan menghalalkan yang haram. Jadi, ini pelengkap, kalau sebelumnya jangan mengharamkan, maka ini jangan menghalalkan. (Ibnu Atiyyah) 2. Umar ra bertanya pada seseorang: kamu beristri? Dia jawab: tidak. Kemudian Umar berkata: mungkin kamu bodoh atau fasik. (Ad-Dur) 3. Abdullah bin al-Mubarak berkata: halal adalah mengambil sesuatu semestinya. Thayyib adalah sesuatu yang bisa membuat gemuk dan bergizi. (Al-Khazin) Tafsir Dirayah: 1. Ayat ini menunjukkan rizki adalah sesuatu yang bisa dikonsumsi (dimanfaatkan), tidak harus dimiliki (berbeda dengan muktazilah). Dalilnya adalah QS. Saba’: 15. Makanlah rizki dari Allah dan syukuri. Negeri yang makmur dan Tuhan Pengampun. Ada ampunan berarti ada hal yang haram dikonsumsi. Dan itu disebut Allah sebagai rizki. (Ibnu Atiyyah) Lagian jika rizki tidak mencakup harta haram, maka tidak ada faidah menyebutkan kata halal di sini, kecuali sekedar penguat. Dan itu khilafudz dzahir. (Al-Alusi) 2. Halâlan Thayyiban: jika dita’alluqkan dengan kata kulû, yang takdirnya: dan makanlah harta halal lagi lezat yaitu rizki Kami, maka menunjukkan bahwa rizki adalah sesuatu yang halal saja, bukan yang haram (ini madzhab muktazilah). Sedang jika dita’alluqkan dengan kata rozaqo, yang takdirnya: dan makanlah sebagian rizki Kami yang halal, maka menunjukkan bahwa rizki ada yang halal dan ada yang haram (ini madzhab Sunni). (Ar-Razi) 3. Lâ tuharrimû: maksudnya jangan meyakini haramnya sesuatu yang halal. Sebab hal itu menjadikan kekufuran. Adapun meninggalkan ladzat dunia tanpa membahayakan diri dan mengganggu hak orang lain, maka ini terpuji. (Al-Khazin) 4. Ayat ini menunjukkan bahwa makanan lezat tidak bertentangan dengan tingkat keimanan. Ayat ini juga memberikan pengertian larangan tidak membujang. Bahkan banyak hadis yang menjelaskan hal itu. (Al-Alusi) 5. Mengapa ruhbaniyyah itu dilarang? Padahal bisa membuat konsentrasi penuh menghadap Allah? Jawab: pertama, membuat akal kurang sempurna, kedua, tarap mujahadah lebih kurang, karena nafsu dalam keadaan lemah, ketiga, membinasakan sistem keturunan. (Ar-Razi) 6. Kulû mimmâ razaqokumullâh: ayat ini memberi petunjuk untuk mengkonsumsi sebagian saja, dan menyedekahkan yang lain. Begitu juga ayat ini memberi pengertian bahwa rizki sudah ditanggung Allah swt. (Ar-Razi) 7. Al-Quran menganjurkan setiap makanan kita harus terbentuk dua unsur, halal dan bergizi tinggi. (Depag) Tafsir Isyarah: Di antara kebahagaian adalah mengikuti perintah Allah swt. Seperti halnya berisitirahat dalam kebahagiaan khulwat. Jangan mentahrimkannya dengan berbaur dan tidak ‘uzlah. Halal adalah makanan yang dinikmati dengan syuhud: merasa kehadiran Allah. Atau setidaknya dengan berdzikir, sebab ghaflah itu hukumnya haram. (Al-Qusyairi) Tafsir Fikih: Menurut Madzhab Syafii: jika ada seseorang bilang: istriku haram bagiku, maka dia tidak harus menepati. Karena itu kinayah talak. Dan tidak wajib membayar kafarat. Sedang menurut Madzhab Hanafi: wajib membayar kafarat jika tidak ditalak. (Al-Qurthubi) Nama : Tina Atianti Prodi : Muamalah II NPM : 13110021 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 14 وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ Diketengahkan oleh Wahidi dan Tsa`labi, dari jalur Muhammad bin Marwan dan Assadiyush Shaghir, dari Al-Kalbiy, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, katanya, "Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Ubay dan konco-konconya. Ceritanya bahwa pada suatu hari mereka keluar lalu ditemui oleh beberapa sahabat Rasulullah saw., lalu Abdullah bin Ubay berkata, 'Lihatlah, bagaimana orang-orang bodoh itu kuusir dari kalian!' Lalu ia maju ke depan dan menjabat tangan Abu Bakar seraya berkata, 'Selamat untuk Shiddiq penghulu Bani Tamim dan sesepuh agama Islam, pendamping Rasulullah di dalam gua dan telah membaktikan raga dan hartanya untuk Rasulullah.' Kemudian dijabatnya pula tangan Umar seraya berkata, 'Selamat untuk penghulu Bani Adi bin Kaab, Faruq yang perkasa (Umar) dalam agama Allah dan telah menyerahkan raga dan hartanya untuk Rasulullah.' Setelah itu disambutnya pula tangan Ali seraya berkata, 'Selamat untuk saudara sepupu dan menantu Rasulullah, penghulu Bani Hasyim selain Rasulullah.' Kemudian mereka berpisah, Abdullah mengatakan kepada anak buahnya, 'Bagaimana pendapat kalian tentang perbuatanku tadi? Nah, jika kalian menemui mereka, lakukanlah seperti yang telah aku lakukan itu!' Mereka memuji perbuatannya itu, sementara kaum muslimin kembali kepada Nabi saw. dan menceritakan peristiwa tersebut, maka turunlah ayat ini." Nama : Nadia Patimah Prodi : Muamalah II NPM : 13110013 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 19 أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (19) Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari jalur Assadiyul Kabir, dari Abu Malik dan Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Masud, segolongan sahabat, kata mereka, "Ada dua orang laki-laki dari kaum munafik warga kota Madinah, melarikan diri dari Rasulullah kepada golongan musyrik, mereka ditimpa hujan lebat yang disebutkan Allah itu, diiringi guruh dan petir serta kilat yang memancar-mancar tiap petir itu datang, mereka pun menyumbat anak telinga mereka dengan jari, karena takut akan dimasukinya hingga mereka tewas karenanya. Jika kilat memancar, mereka pun berjalan dalam cahayanya, tetapi jika cahayanya padam, mereka berhenti karena tidak melihat apa-apa. Akhirnya dengan berjalan seperti itu sampailah mereka ke tempat yang dituju, lalu kata mereka; 'Wahai, cepatlah kiranya datang waktu pagi, hingga kita dapat menemui Muhammad dan berbaiat kepadanya.' Demikianlah mereka menemuinya serta berbaiat kepadanya lalu masuk Islam serta baiklah keislaman mereka." Maka Allah pun menjadikan perilaku kedua orang munafik yang melarikan diri ini sebagai tamsil perbandingan bagi orang-orang munafik yang ada di Madinah. Orang-orang munafik itu, jika mereka hadir dalam majelis Nabi saw. menaruh jari-jiri mereka ke telinga masing-masing karena takut akan ucapan Nabi saw. kalau-kalau ada wahyu turun mengenal diri mereka, atau disebutkan sesuatu tentang perilaku mereka hingga mereka menemui ajal karenanya, sebagaimana yang dilakukan serta dikhawatirkan oleh kedua orang munafik yang melarikan diri tadi. Jika ada cahaya, mereka pun berjalan, artinya jika telah banyak harta benda dan anak-anak mereka, serta mereka beroleh harta rampasan atau mencapai suatu kemenangan, mereka pun maju ke depan, lalu kata mereka ketika itu, "Benarlah agama Muhammad", dan mereka berpegang teguh kepadanya, tak ubahnya bagai dua orang munafik tadi yang berjalan setiap kilat memancar; dan jika hari gelap, mereka berhenti, artinya jika harta benda dan anak-anak mereka habis, punah, atau jika mereka ditimpa malapetaka, maka kata mereka, "Ini tidak lain hanyalah karena ulah agama Muhammad, dan mereka berbalik kafir seperti halnya kedua orang munafik tadi, yakni jika kilat tidak memancar lagi." Nama : Wiwit Rahayu Gunawan Prodi : Muamalah II NPM : 13110023 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 81 بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81) Diketengahkan oleh Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan oleh Ibnu Jarir serta Ibnu Abu Hatim, dari jalur Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abu Muhammad dan Ikrimah, atau dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, katanya, "Rasulullah saw. datang ke Madinah, sementara orang-orang Yahudi mengatakan, 'Usia dunia ini hanya tujuh ribu tahun, dan setiap seribu tahun dunia sama dengan satu hari akhirat lamanya, jadi tidak lebih dari tujuh hari, mereka disiksa dan setelah itu siksa pun terhentilah.' Maka mengenai hal ini Allah pun menurunkan, Kata mereka, 'Kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka...' sampai dengan firman-Nya '...mereka kekal di dalamnya.'" (Q.S. Al-Baqarah 80-81). Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari Jalur Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi mengatakan, "Kami masuk neraka itu hanyalah selama kami menyembah anak sapi dulu, yaitu tidak lebih dari 40 hari. Jika masa itu telah berlalu, maka terputus pula siksaan terhadap kami." Maka turunlah ayat tersebut. Mengenai ayat ini Ibnu Jarir telah mengetengahkannya pula dari Ikrimah dan selainnya. Nama : Abdul Latip Prodi : Muamalah II NPM : 13110002 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Baqarah 98 مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ (98) Diketengahkan oleh Ishak bin Rahawaih dalam Musnadnya dan Ibnu Jarir dari jalur Sya`bi bahwa Umar biasa mendatangi orang-orang Yahudi lalu mereka memperdengarkan Taurat. Ia amat heran karena Taurat itu membenarkan isi Alquran. Katanya, "Kebetulan Nabi saw. lewat di depan mereka, maka kata saya, 'Atas nama Allah saya bertanya kepada kamu, tahukah kamu bahwa dia itu Rasulullah?' Jawab seorang alim di antara mereka, 'Memang, kami tahu bahwa ia Rasulullah.' Kata saya, 'Kenapa kamu tidak ikuti dia?' Jawab mereka, 'Pernah kami tanyakan kepadanya siapa yang menyampaikan kepadanya kenabiannya, maka disebutkannya Jibril, musuh kami disebabkan dialah yang menurunkan kekerasan, kekasaran, peperangan dan malapetaka.' Kata saya pula, 'Siapakah rasul-rasul kamu dari kalangan malaika=t?' Jawab mereka, 'Mikail, yakni yang menurunkan hujan dan rahmat!' Tanya saya lagi, 'Bagaimana kedudukan keduanya di sisi Tuhannya?' Jawab mereka, 'Yang satu di sebelah kanan-Nya sedang yang satu lagi di samping kiri-Nya.' Kata saya, 'Tidak diperbolehkan Jibril memusuhi Mikail dan tidak boleh pula Mikail berbaikan dengan musuh Jibril dan sungguh saya bersaksi bahwa kedua malaikat dari Tuhannya bersikap damai kepada orang-orang yang berdamai kepadanya dan memaklumkan perang kepada orang-orang berperang kepadanya. Kemudian saya datang kepada Nabi saw dengan maksud untuk menyampaikan kepadanya hal tersebut. Ketika bertemu, tanyanya kepada saya, 'Maukah kamu saya sampaikan ayat-ayat yang baru saja diturunkan kepada saya?' Tentu, wahai Rasulullah', jawab saya. Maka dibacanya, 'Barang siapa yang menjadi musuh Jibril ..' sampai dengan '... maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.' (Q.S. Al-Baqarah 97-98). Lalu kataku, 'Wahai Rasulullah! Demi Allah, tidaklah aku bangkit meninggalkan orang-orang Yahudi hanyalah untuk mendapatkan Anda guna menyampaikan dialog antara aku dengan mereka. Kiranya aku dapati Allah telah mendahului saya.'" Isnadnya sampai kepada Sya`by adalah sah, hanya Sya`by ini tidak pernah bertemu dengan Umar. Riwayat ini dikeluarkan pula oleh Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Hatim, dari jalur yang lain yang bersumber dari Sya`by. Juga dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sadiy dari Umar, begitu pula dari jalur Qatadah dan dari Umar dan kedua riwayat tersebut juga munqathi' (terputus). Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur lain, dari Abdurrahman bin Abu Lailay bahwa seorang Yahudi menemui Umar bin Khathab, lalu katanya "Sesungguhnya Jibril yang disebutkan oleh sahabatmu itu adalah musuh kami." Maka jawab Umar, "Barang siapa yang menjadi musuh Allah, musuh malaikat-malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah menjadi musuhnya." Katanya, "Maka ayat ini turun mengikuti gaya bahasa Umar." Demikianlah jalur-jalur ini, sebagian menguatkan lainnya, bahkan Ibnu Jarir menyampaikan adanya ijmak bahwa demikian itulah yang menjadi Asbabun Nuzul. Nama : Yusuf Ridwan Prodi : Muamalah II NPM : 13110024 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Ali 'Imran 188 لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (188) Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan lain-lain dari jalur Humaid bin Abdurrahman bin Auf bahwa Marwan mengatakan kepada penjaga pintunya, "Hai Rafi'! Pergilah kamu kepada Ibnu Abbas, lalu katakan, 'Sekiranya setiap kita yang merasa gembira dengan apa yang dikerjakannya, dan yang ingin dipuji dengan apa yang tidak pernah dikerjakannya itu disiksa, tentulah semua kita ini akan disiksa!' Maka jawab Ibnu Abbas, 'Apa yang kamu risaukan tentang hal itu? Ayat tersebut diturunkan hanyalah mengenai Ahli Kitab.' Mereka ditanyai oleh Nabi saw. tentang suatu hal, lalu mereka sembunyikan dan mereka ceritakanlah soal yang lain. Kemudian mereka pergi dan mengira bahwa mereka telah menjawab apa yang ditanyakan Nabi kepada mereka. Mereka gembira telah berhasil menyembunyikan keadaan sebenarnya dan minta dipuji atas demikian itu." Bukhari dan Muslim mengetengahkan dari Abu Said Al-Khudri bahwa beberapa orang lelaki dari golongan munafik, jika Rasulullah saw. pergi berperang, mereka tak mau ikut mereka tinggal di belakang, dan merasa gembira berada di belakang Rasulullah saw. Jika Rasulullah kembali, maka mereka minta maaf dan mengajukan alasan-alasan dengan berani angkat sumpah. Mereka ingin mendapat pujian atas perbuatan yang tidak pernah mereka lakukan. Maka turunlah ayat, "Janganlah sekali-kali kamu kira, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang mereka kerjakan..." (Q.S. Ali Imran 188). Dalam tafsirnya dari Zaid bin Aslam, dikeluarkan oleh Abdun bahwa Rafi' bin Khudaij berada bersama Zaid bin Tsabit dalam majelis Marwan. Tanya Marwan, "Hai Rafi'! Tentang apakah diturunkannya ayat, 'Janganlah kamu kira, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang mereka kerjakan..' (Q.S. Ali Imran 188). Jawab Rafi', 'Diturunkannya ialah mengenai beberapa orang munafik, jika Nabi saw. keluar perang, mereka menyatakan penyesalan.' Mereka mengatakan, 'Kami terhalang oleh beberapa kesibukan. Alangkah inginnya hati kami berada bersamamu!' Maka Allah pun menurunkan ayat ini mengenai ini. Tetapi Marwan seolah-olah menolak keterangan ini, hingga Rafi' menjadi kesal, lalu tanyanya kepada Zaid bin Tsabit, 'Saya mohon atas nama Allah, apakah kamu mengetahui apa yang saya katakan itu?' Jawabnya, 'Ya.'" Kata Hafizh Ibnu Hajar, "Dihimpun antara pendapat ini dengan pendapat Ibnu Abbas, bahwa mungkin saja ayat itu diturunkan tentang kedua golongan itu sekaligus." Katanya lagi, "Sementara itu menurut Farra', ayat ini turun mengenai ucapan orang Yahudi yang mengatakan, 'Kami ini Ahli Kitab yang pertama, dan ahli salat serta taat!' Namun mereka tidak mengakui kenabian Muhammad saw." Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari beberapa jalur dari golongan tabiin yang serupa dengan itu, serta dianggap kuat oleh Ibnu Jarir. Memang tak ada halangan jika dikatakan bahwa ayat itu diturunkan pada semua hal itu. Nama : Rismawanti Prodi : Muamalah II NPM : 13110018 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Maa-idah 101 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ (101) Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari sahabat Anas bin Malik, ia mengatakan, "Sewaktu Nabi saw. sedang berpidato dalam salah satu khutbahnya, tiba-tiba ada seorang lelaki bertanya, 'Siapakah ayahku?' Beliau menjawab, 'Si fulan.' Kemudian turunlah ayat ini, yaitu firman Allah swt., 'Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu...'" (Q.S. Al-Maidah 101). Imam Bukhari meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas yang pernah bercerita, "Pernah ada segolongan orang-orang yang sering bertanya kepada Nabi saw. dengan nada yang mengejek. Seseorang di antaranya bertanya, 'Siapakah ayahku?' Seseorang yang kehilangan untanya bertanya pula, 'Di manakah untaku?' Kemudian Allah menurunkan ayat ini berkenaan dengan sikap mereka itu, yaitu firman-Nya, 'Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu...'" (Q.S. Al-Maidah 101). Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis yang serupa dari jalur Abu Hurairah. Imam Ahmad, Tirmizi dan Hakim meriwayatkan sebuah hadis dari Ali r.a. di mana ia bercerita, "Tatkala turun ayat, 'Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah.' (Ali Imran 97) Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah hal itu tiap tahun?' Nabi saw. diam tidak menjawab. Mereka kembali bertanya, 'Wahai Rasulullah! Apakah hal itu untuk tiap tahun?' Nabi saw. menjawab, 'Tidak, jika aku katakan ya, maka hal itu menjadi wajib.' Kemudian Allah swt. menurunkan ayat, 'Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu...'" (Q.S. Al-Maidah 101). Ibnu Jarir mengetengahkan hadis yang serupa dari jalur Abu Hurairah, Abu Umamah dan Ibnu Abbas. Hafiz Ibnu Hajar mengatakan kemungkinan ayat ini diturunkan sehubungan dengan kedua peristiwa itu, akan tetapi hadis Ibnu Abbas dalam hal ini sanadnya lebih sahih. Nama : Rifa Rahmatunnisa Prodi : Muamalah II NPM : 13110016 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Al Maa-idah 87 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (87) Imam Tirmizi dan lain-lainnya meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas, "Ada seorang lelaki datang menghadap kepada Nabi saw., lalu lelaki itu bertanya, 'Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ini apabila memakan daging langsung naik syahwat terhadap wanita-wanita dan syahwatku menguasai diriku, dari itu aku haramkan daging untuk diriku.' Setelah itu turunlah ayat, 'Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang telah dihalalkan Allah untukmu.'" (Q.S. Al-Maidah 87). Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis dari jalur Aufi dari Ibnu Abbas, bahwa ada beberapa orang lelaki dari kalangan para sahabat, di antaranya ialah sahabat Usman bin Mazh`un, mereka bertekad mengharamkan diri mereka dari wanita-wanita (istri-istri) dan daging. Kemudian mereka mengambil pisau tajam untuk memotong buah pelir mereka (mengebiri diri sendiri) agar mereka tidak terkena nafsu syahwat lagi, dengan demikian mereka bisa mengkonsentrasikan diri untuk beribadah. Sebelum mereka melakukan niat itu turunlah ayat-ayat ini. Diketengahkan pula hadis yang serupa secara mursal oleh Ikrimah, Abu Qilabah, Mujahid, Abu Malik An-Nakha'i, Sadi dan lain-lainnya. Di dalam riwayat Sadi disebutkan, bahwa mereka terdiri dari sepuluh orang sahabat, yang di antaranya ialah Ibnu Mazh`un dan Ali bin Abu Thalib. Di dalam riwayat Ikrimah disebutkan bahwa di antara mereka adalah Ibnu Mazh'un, Ali bin Abu Thalib, Ibnu Masud, Miqdad bin Aswad dan Salim budak yang telah dimerdekakan oleh Abu Huzaifah. Dan di dalam riwayat Mujahid disebutkan, bahwa di antara mereka ialah Ibnu Mazh'un dan Abdullah bin Umar. Ibnu Asakir mengetengahkan sebuah hadis di dalam kitab Tarikh dari jalur Sadi Shaghir dari Kalbi dari Abu Saleh dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan, "Ayat ini diturunkan sehubungan dengan segolongan para sahabat yang di antaranya ialah Abu Bakar, Umar, Ali, Ibnu Masud, Usman bin Mazh'un, Miqdad bin Aswad dan Salim bekas budak Abu Huzaifah. Mereka telah bersepakat untuk mengebiri diri, menjauhi istri-istri mereka, tidak akan memakan daging dan segala yang berlemak, tidak akan memakan makanan kecuali hanya makanan pokok saja (mutih), memakai pakaian yang serba kasar dan mereka bertekad akan hidup mengembara di muka bumi seperti halnya para rahib. Sebelum mereka menunaikan niat, turunlah ayat ini." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis dari Zaid bin Aslam, "Abdullah bin Rawahah kedatangan seorang tamu dari familinya, sedangkan pada waktu itu ia sedang berada di sisi Nabi saw. Pada waktu Abdullah kembali ke rumahnya, ia menjumpai keluarganya tidak memberi makan tamunya itu karena menunggu kedatangannya. Melihat hal itu ia berkata kepada istrinya, (Q.S. Al-Maidah 87). Nama : Imam Agus Faisal Prodi : Nuamalah II NPM : 13110010 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 23 إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (23) Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Said ibnu Jubair yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini khusus diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah. Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Siti Aisyah yang menceritakan, "Aku dituduh (berbuat zina) sedangkan aku dalam keadaan lalai. Kemudian berita mengenai hal ini sampai kepadaku. Ketika Rasulullah saw. sedang berada di rumahku, tiba-tiba turunlah wahyu kepadanya. Setelah itu beliau mengusap mukanya dan duduk dengan tegak, seraya bersabda, 'Hai Aisyah bergembiralah'. Aku menjawab, 'Dengan memuji kepada Allah, bukan memujimu'. Rasulullah saw. pun membacakan firman-Nya, 'Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina)...' sampai dengan firman-Nya, 'Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu)'..." (Q.s, 24 An Nur, 26). Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang para perawinya orang-orang yang dapat dipercaya, melalui Abdurrahman ibnu Zaid ibnu Aslam, yaitu sehubungan dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk iaki-iaki yang keji..." (Q.S. An Nur, 26). Abdurrahman ibnu Zaid menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah, yaitu sewaktu ia dituduh berbuat zina oleh orang munafik, kemudian Allah swt. membersihkannya dari tuduhan itu. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui dua buah sanad yang kedua-duanya berpredikat Daif, bersumber dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yaug keji..." (Q.S. An Nur,26). diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mengatakan tuduhan/berita bohong kepada istri Nabi saw. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui Hakam ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah r.a. Utusan itu mengatakan, "Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?" Siti Aisyah r.a. menjawab, "Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari langit". Maka Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah r.a. Selanjutnya Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji..." (Q.S. An Nur,26). Hadis ini berpredikat Mursal dan sanadnya sahih. Nama : Riki Firdaus Prodi : Muamalah II NPM : 13110015 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 25 يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ (25) Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Said ibnu Jubair yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini khusus diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah. Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Siti Aisyah yang menceritakan, "Aku dituduh (berbuat zina) sedangkan aku dalam keadaan lalai. Kemudian berita mengenai hal ini sampai kepadaku. Ketika Rasulullah saw. sedang berada di rumahku, tiba-tiba turunlah wahyu kepadanya. Setelah itu beliau mengusap mukanya dan duduk dengan tegak, seraya bersabda, 'Hai Aisyah bergembiralah'. Aku menjawab, 'Dengan memuji kepada Allah, bukan memujimu'. Rasulullah saw. pun membacakan firman-Nya, 'Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina)...' sampai dengan firman-Nya, 'Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu)'..." (Q.s, 24 An Nur, 26). Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang para perawinya orang-orang yang dapat dipercaya, melalui Abdurrahman ibnu Zaid ibnu Aslam, yaitu sehubungan dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk iaki-iaki yang keji..." (Q.S. An Nur, 26). Abdurrahman ibnu Zaid menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah, yaitu sewaktu ia dituduh berbuat zina oleh orang munafik, kemudian Allah swt. membersihkannya dari tuduhan itu. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui dua buah sanad yang kedua-duanya berpredikat Daif, bersumber dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yaug keji..." (Q.S. An Nur,26). diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mengatakan tuduhan/berita bohong kepada istri Nabi saw. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui Hakam ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah r.a. Utusan itu mengatakan, "Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?" Siti Aisyah r.a. menjawab, "Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari langit". Maka Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah r.a. Selanjutnya Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji..." (Q.S. An Nur,26). Hadis ini berpredikat Mursal dan sanadnya sahih. Nama : Aflah Hati Nufus Az-zahro Prodi : PAI A/II NPM : 13210007 Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 24 يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24) Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Said ibnu Jubair yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini khusus diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah. Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Siti Aisyah yang menceritakan, "Aku dituduh (berbuat zina) sedangkan aku dalam keadaan lalai. Kemudian berita mengenai hal ini sampai kepadaku. Ketika Rasulullah saw. sedang berada di rumahku, tiba-tiba turunlah wahyu kepadanya. Setelah itu beliau mengusap mukanya dan duduk dengan tegak, seraya bersabda, 'Hai Aisyah bergembiralah'. Aku menjawab, 'Dengan memuji kepada Allah, bukan memujimu'. Rasulullah saw. pun membacakan firman-Nya, 'Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina)...' sampai dengan firman-Nya, 'Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu)'..." (Q.s, 24 An Nur, 26). Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang para perawinya orang-orang yang dapat dipercaya, melalui Abdurrahman ibnu Zaid ibnu Aslam, yaitu sehubungan dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk iaki-iaki yang keji..." (Q.S. An Nur, 26). Abdurrahman ibnu Zaid menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah, yaitu sewaktu ia dituduh berbuat zina oleh orang munafik, kemudian Allah swt. membersihkannya dari tuduhan itu. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui dua buah sanad yang kedua-duanya berpredikat Daif, bersumber dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yaug keji..." (Q.S. An Nur,26). diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mengatakan tuduhan/berita bohong kepada istri Nabi saw. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui Hakam ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah r.a. Utusan itu mengatakan, "Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?" Siti Aisyah r.a. menjawab, "Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari langit". Maka Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah r.a. Selanjutnya Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji..." (Q.S. An Nur,26). Hadis ini berpredikat Mursal dan sanadnya sahih. Nama :TinaAtianti Prodi : Muamalah II Npm :13110021 Dosen :Dr.AhmadIzzan M, Ag. ULUMUL QURAN 1. Makna ulumul quran. Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata “ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Secara terminologiilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia atau ilmu-ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan membahas al-Qur’an. 2. Objek Ulumul Quran Objek Pembahasan Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar : a. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an Meliputi : Sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah SAW, Sahabat, Tabi'in, dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama dan karangannya di bidang ulumul quran di setiap zaman dan tempat. b. Pengetahuan tentang Al-Quran Meliputi : Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, nama-nama al-Quran, Wahyu, Turunnya Al-Quran, Ayat Mekkah dan Madinah, Asbabun nuzul, dst. c. Metodologi Penafsiran Al-Quran Meliputi : Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan adab-adabnya, Sejarah & Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-Quran, Muhkam & Mutasyabih, 'Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst. 3. Metode Ulumul Quran a. Metode deskriptif yaitu dengan cara memberikan penjelasan dan keterangan yang mendalam mengenai bagian-bagian alquran yang mengandung aspek-aspek ulumul quran b. Metode deduksi /komparasi yaitu membandingkan segi yang satu dengan yang lainnya,riwayat sebab musabab riwayat yang satu dengan riwayat yang lainnya,dan pendapat ulama ymg satu dengan yang lainnya. 4. Tujuan Ulumul Quran a) Untuk mengetahui segala ihwal kitab alquran sejak dari turunnya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW, sampai keadaan kitab itu hingga sekarang. b) Untuk dijadikan alat bantu dalam membaca lafal ayat-ayatnya, memahami isi kandungannya, mengahayati dan mengamalkan aturan-aturan atau hukum ajarannya serta untuk menyelami rahasia dan hikmah disyariatkannya sesuatu peraturan atau hukum dalam kitab itu. c) Untuk dijadikan senjata pemungkas dan melawan orang-orang non muslim yang mengingkari kewahyuan alquran itu dari nabi Muhammad SAW. Nama :Tina Atianti Prodi :Muamalah II NPM :13110021 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. 1. Makna Ulumul Quran Ilmu-ilmu yang membahas tentang al quran 2. Objek Ulumul Quran Dari al fatihah sampai Annnas 3 .Metode Ulumul Quran Di fahami, di baca ,di amalkan, dan di kaji 3. Tujuan Ulumul Quran Memahami al Quran dan isinya dari berbagai segi Nama :Rifa Rahmatunnisa Prodi :Muamalah II NPM :13110016 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. 1. SEPUTAR WAHYU Wahyu Adalah isyarat. Wahyu yang di karuniakan Allah kepada manusia ada 3 macam yaitu: penurunan wahyu,mendengar dari belakang tirai,dan melalui utusan (malaikat). Jenis wahyu yang di alami Muhammad :melalui mimpi,melalui jiwa,melalui gemerincing lonceng, malaikat menjelma menjadi manusia,jibril datang dengan bentuk asli, langsung dari Allah tanpa pelantara,dan Allah langsung mencampakkan wahyu ke jiwa Nabi. 2. POSISI ALQURAN DI ANTARA KITAB –KITAB ALLAH 1. Penjaga kitab-kitab sebelumnya 2. Hakim terhadap apa yang di perselisihkan manusia 3. Menghapus syariat kitab-kitab terdahulu. Tujuan di turunkan Alquran a. Membersihkan dan menyucikan jiwa b. Memberikan peranan ilmu dan membasmi kemiskinan serta kebodohan Aga Nama :UumMutholib Prodi :Muamalah II NPM :13110026 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. 1.Sejarah Mushap Al Quran Penghapalan dan pembukuan yang pertama 2.Penulisan Rasm Alquran Rasm Alquran Adalah ilmu yang mempelajari tetang penulisan mushap Alquran yang di lakukan dengan cara khusus baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang di gunakan. 3.Qiraah Alquran Membaca kalimat-kalimat Al quran Nama :Yusuf Ridwan Prodi :Muamalah II NPM :13110026 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. A. SEPUTAR WAHYU Wahyu secara sisitematik berarti isyarat yang sangat cepat termasuk bisikan dalam hati dan segala sesuatu yang di sampaikan kepada orang lain untuk di ketahui B.POSISI ALQURAN DI ANTARA KITAB –KITAB ALLAH umat islam wajib percaya bahwca Allah telah menurunkan kitab-kitabnya .fungsi Alquran Antara lain : 1. Penjaga kitab-kitab sebelumnya (al-muhaimin) 2.Hakim terhadap apa yang di perselisihkan manusia 3. Menghapus syariat kitab-kitab terdahulu. Nama :WiwitRahayuGunawan Prodi :Muamalah NPM :13110023 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. A. SEPUTAR WAHYU Pengetahuan yang di perolehseseorang yang di yakinidatangdari Allah berdasarkanAlQuransurat as-syura( 42:51)bahwawahyu yang di turunkan Allah kepadaparanabidanrasulada 3 macamdancarapenyampaianwahyukepadanabimuhammadada 7 cara . B. POSISI ALQURAN DI ANTARA KITAB –KITAB ALLAH Alquranbukansajawahyu yang universal melainkanjugaprogresifdanmencapai kEsempurnaanpadanabiterakhir. Alquranadalahsumberutamaajaranumatislam yang memuatajarandanpetunjuk aqidah,hukum ,akhlaq,danibadah,yangakanmenuntunhidupmanusiabahagiadansejahtra. Nama :Tina Atianti Prodi :Muamalah II NPM :13110021 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Alquransebagaimukjizat TUGAS ULUMUL QURAN Nama :Rismawati Prodi :Muamalah II NPM :13110018 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. DOKTRIN –DOKTRIN ALQURAN Doktrin –doktrin Alquran 1.Aqidah yang isi atau kandungan al quran yang utama dan terpenting ialah yakin dan teologi yang juga lazim di sebut ushul ad din,ilmu kalam (tauhid) 2.Ibadah,isi atau kandungan penting kedua setelah akidah ibadah,terdapat sekitar 140 ayat yang berisi hal ihwal ibadah 3.Wa’du dan wa’id isi kandungan lainnya yang berperan penting janji baik dan ancaman buruk yang sangat bernilai bagi pembinaan kehidupan 4. Ahlaq,yang juga di kenal dengan istilah Etika atau moral merupakan satu isi kandungan al quran 5.Hukum,adalah kesepakatan atau konsensus di kalangan umat islam bahwa sumber hukum utama dan pertama dalam islam ialah al quran adalah sumber hukum pertama dalam islam 6.Kisah,merupakan isi atau kandungan al quran lainnya kitab samawi yang terakhir ini menaruh perhatian yang sangat serius terhadap keberadaan kisah. 7.Sains,dan Teknologi merupakan bagian dari salah satu isi atau kandungan alquran yang tidak kurang bagi kehidupan umat manusia. TUGAS ULUMUL QURAN Nama :Risa Mutmainnah Prodi :Muamalah II NPM :13110017 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Doktrin –doktrin Alquran 1. Aqidah yang lazim di sebut ushul ad din yang identik juga dengan keyakinan 2. Ibadah dalam al quran terdapat 140 ayat mengenai ibadah. 3.Wa’du dan wa’id ialah janji dan ancaman. 4. Ahlaq, sesuatu yang paling mendasar dalam Al-quran. 5. Hukum, al quran adalah sumber hukum pertama dalam islam. 6. Kisah, di dalamnya terdapat pelajaran yang bermanfaat. 7. Sains, Dan Teknologi. TUGAS ULUMUL QURAN Nama :Teti hidayanti Prodi :Muamalah II NPM :13110020 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Doktrin –doktrin Alquran 1. Aqidah yang lazim di sebut ushul ad din yang identik juga dengan keyakinan 2. Ibadah dalam al quran terdapat 140 ayat mengenai ibadah. 4. Ahlaq, ialah Etika atau moral 3. Wa’du dan wa’id ialah janji dan ancaman 5. Hukum,al quran adalah sumber hukum pertama dalam islam 6. Kisah,di dalamnya terdapat pelajaran yang bermanfaat 7. Sains,dan Teknologi TUGAS ULUMUL QURAN Nama :Tina Atianti Prodi :Muamalah II NPM :13110021 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Doktrin –Doktrin Alquran 1. Aqidah , di sebut ushul ad-din 2. Ibadah, ialah hal ihwal ibadah. 3.Wa’du dan wa’id ialah janji baik dan ancaman buruk 4.Ahlaq, ialah Etika atau moral 5.Hukum,ialah sumber hukum 6.Kisah, ialah isi kandungan alquran 7.Sains ,Dan Teknologi, mendorong untuk menggali ilmu. TUGAS ULUMUL QURAN Nama :Riki Firdaus Prodi :Muamalah II NPM :13110015 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Doktrin –Doktrin Alquran 1.Aqidah yang lazim di sebut ushul ad din 2.Ibadah ayat mengenai ibadah. 4.Ahlaq, Etika atau moral 3.Wa’du dan wa’id ialah janji baik dan ancaman buruk 5.Hukum, al quran adalah sumber hukum pertama 6.Kisah, di dalamnya terdapat pelajaran yang bermanfaat 7.Sains, dan Teknologi TUGAS ULUMUL QURAN Nama : Uum Mutholib Prodi :Muamalah II NPM :13110026 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Doktrin –doktrin Alquran 1. Aqidah yang lazim di sebut ushul ad din yang identik juga dengankeyakinan 2. Ibadah dalam al quran terdapat 140 ayat mengenai ibadah. 3. Wa’du dan wa’id ialah janji dan ancaman 4. Ahlaq, Etika atau moral 5. Hukum, al quran adalah sumber hukum pertama dalam islam 6. Kisah, di dalamnya terdapat pelajaran yang bermanfaat 7. Sains,dan Teknologi TUGAS ULUMUL QURAN Nama : Nadia Fatimah Prodi :Muamalah II NPM :13110013 Dosen :Dr.Ahmad Izzan M,Ag. Doktrin –doktrin Alquran 1.Aqidah yang isi atau kandungan al quran yang utama dan terpenting ialah yakin dan teologi yang juga lazim di sebut ushul ad din . 2.Ibadah,isi atau kandungan penting kedua setelah akidah ibadah. 3.Wa’du dan wa’id isi kandungan lainnya yang berperan penting janji baik dan ancaman buruk yang sangat bernilai bagi pembinaan kehidupan 4. Ahlaq,yang juga di kenal dengan istilah Etika atau moral merupakan satu isi kandungan al quran 5.Hukum,adalah kesepakatan atau konsensus di kalangan umat islam bahwa sumber hukum utama dan pertama dalam islam ialah al quran adalah sumber hukum pertama dalam islam 6.Kisah,merupakan isi atau kandungan al quran lainnya kitab samawi yang terakhir ini menaruh perhatian yang sangat serius terhadap keberadaan kisah. 7.Sains,dan Teknologi merupakan bagian dari salah satu isi atau kandungan alquran yang tidak kurang bagi kehidupan umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar