BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berangkat dari
kegelisahan yang ada dalam setiap diri manusia, dimana kita selalu
dihadapkan pada problematis yang disajikan para founding father kita.
Mereka teramat sering menyajikan goresan tintanya diatas kertas yang
berbeda-beda dengan yang lainnya, sehingga menuntut kita untuk bisa memfilter
dan memilah, bahkan menerobos jauh sehingga kita bisa membedakan mana sejarah
yang dibuat secara subjektif (berdasarkan diri sendiri) dan sejarah
secara objektif (berdasarkanrealitas yang ada).
Makalah ini
berusaha mengkaji dan menganalisis tentang “Filsafat Sejarah”. Sebagai aktor
sejarah, manusia sekaligus sebagai peneliti, pengkaji, penganalisis sejarah.
Dimana filsafat disini harus difahami sebagai metode yang melalui medium
peninggalan jejak-jejak masa lampau, apapun bentuk jejak-jejak itu.
Ber-filsafat menghantarkan kita pada suatu fragmen sejarah yang selama ini
dipahami hanya sang sejarawan lah yang mampu menginterpretasikannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian filsafat sejarah?
2. Apa saja aliran-aliran filsafat dalam sejarah?
3. Apa tujuan filsafat sejarah?
5. Siapa saja tokoh-tokoh filsafat sejarah?
6. Bagaimana
perkembangan sejarah filsafat ?
7. Bagaimana hubungan filsafat dengan sejarah?
8.Bagaimana pengaruh filsafat terhadap ilmu
filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT SEJARAH
Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas
mengenai apa itu filsafat sejarah, ada baiknya pemakalah mengklasifikasikan
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan filsafat dan apa itu itu sejarah.
1. Pengertian filsafat
Filsafat , berasal dari kata yunani ‘’Philos dan
Shopia’’. Philos artinya, senang, cinta, gemar dan Shopia artinya hikmat atau
kebenaran, kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau gemar, senang pada
kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan. Filsafat adalah” induk
pengetahuan’’, Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang
lalu, pada masa yunani kuno. Di Meletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang
yunani,di sanalah awal mulanya muncul filsafat. Mula-mula jejak awal filsafat
ini, ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu sepaerti
Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Thales lah orang pertama yang
mempersoalkan; substansi terdalam dari segala sesuatu.’’ Dan dari situlah
munculnya pengartian-pengertian kebenaran yang hakiki.
Mengenai filsafat, banyak Ilmuan-ilmuan dari
Timur Tengah (khususnya orang-orang islam) menaruh perhatiannya pada filsafat.
Mulai dari Masyriqi sampai kawasan Maghribi, diantaranya: Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd. Mengenai
pengertian filsafat Al-farabi mengatakan: “Nama filsafat berasal dari bahasa
Yunani, masuk kedalam bahasa Arab. Orang-orang Yunani menguapkannya filasufia
yang berari mengutamakan hikmah. Kata tersebut alam bahasa mereka berasal
dari dua kata: fila dan sufia. Fila berarti mengutamakan dan sufia
berarti hikmah, kata filosof diambil dari kata asal filsafat dalam bahasa
Yunani disebut filosofus. Perubahan suara pengucapan dari akar kata
seperti itu sering terjadi dalam bahasa Yunani. Kata filosofus bermakna
orang yang mengutamakan hikmah
Ini artinya bahwa semua ilmu bertujuan untuk
mencari kebenaran agar manusia dapat bertindak secara bijaksana.
Bijaksana atau arif merupakan panduan pengalaman dan pengetahuan plus kekuatan
untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penerapannya berupa sikap adil,
propesional, lapang dada, tetapi juga tegas dalam membela prinsip yang telah di
sepakati. Karna itu di perguruan tinggi negara-negara barat, posisi akademik
tertinggi di sebut Ph.d (doctor of philosophy) apapun di siplin
ilmunya. Dengan memberikan bobot philosophy kepada gelar tertinggi yang
telah di raih oleh seseorang diharapkan pemegangnya mampu mengembangkan
kearifan dalam mengatur dunia ini karna seorang filosof pencinta wisdom.
Gagasan awal itu sangat ideal, sekalipun dalam perkembangannya
akhir-akhir ini dunia semakin sekuler. Pemegang Ph.d boleh jadi hanyalah
seorang tukang tin gkat tinggi minus kearifan. Hal ini tarjadi sebagai akibat
dari proses spesialisasi yang melupakan induk
ilmu itu sendiri. Ilmuan yang hanya terpukau dan terpakau oleh kajian
khususnya tanpa menghubungkannya dengan panaroma kehidupan yang luas
terbentang, sama artinya dengan orang yang sengaja mengurung diri dalam
sebuah sangkar kecil, mungkin cantik, tetapi apalah maknanya bagi kepentingan
kehidupan yang luas tak bertepi ini.
Filsafat sebagai induk dari semua ilmu
harus menjadi titik kembali bagi semua di siplin ilmu agar tidak ingin
kehilangan misi ilmu yang sebenarnya, mencari kebenaran dan dengannya manusia
menjadi arif. Mengingat filsafat merumuskan kebenaran didasarkan pada hasil
perenungan mendalam manusia secara logis maka kebenaranya bersifat utopia
(idealitas), sehingga belum tentu dapat di temui dalam kehidupan nyata . agar
dapat di ketahui sejauh manakah realita itu mendekatkan realitas. Upaya
penerapan idealitas harus selalu mempertimbangkan realita yang ada. Kita harus
mengetahui kebaikan-kebaikan dan juga kelemahan-kelemahan dari realita yang
sedang kita hadapi; lalu kita merumuskan langkah-langkah yang di perlukan bagi
upaya perbaikan tersebut dengan mengingat pada sumber daya yang di miliki dan
tantangan-tantangan yang di hadapi. Tantangan-tantangan itu harus di
perhitungkan secara masak-masak agar usaha menegakkan kebenaran itu tidak
menimbulkan gejolak yang tidak terkendali dengan dampak pecahnya kekerasan yang
bertolak belakang dengan misi kebenaran: damai, sejahtera, adil, dan bebas.
2. Pengertian
Sejarah
Pengertian Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajara berarti
terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon
silsilah; bahasa inggris history, bahasa Lstin dan Yunani historia, dari
bahasa Yunani histor atau istor berarti orang pandai. Menurut
Hegel sejarah adalah perkrmbangan Roh dalam Waktu, sedangkan Alam adalah
perkembangan Ide dalam Ruang. Sistem menyeluruh Hegel dibangun diatas di atas
tiga unsur ( the great triad): Ide-Alam-Roh. Ide dalam dirinya sendiri adalah
sesuatu yang terus berkmbang, dinamika realitas dari dan yang berdiri di balik
layar-atau sebelum-dunia. Antitesis dari Ide yang berada dari luar dirinya,
yaitu Ruang, adalah Alam. Alam terus berkembang, setelah mengalami taraf
perkembangan kehidupan mineral dan tumbuhan kedalam diri manusia. Dan dalam
diri manusia terdapat kesadaran yang membuat Ide menjadi sadar akan dirinya
sendiri.
Hemat saya, seperti yang dijelaskan oleh Hegel
diatas bahwa Roh adalah kesadaran-diri, sadangkan antitesis Ide dan Alam dan
perkembangan dari kesadaran inilan yang disebut sejarah. Filsafat sejarah
adalah ilmu filsafat yang ingin memberi jawaban atas sebab dan alasan
segala peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian
filsafat yang ingin menyelidiki sebab- sebab terakhir dari suatu peristiwa,
serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah.
Filsafat sejarah mencari penjelasan serta berusaha masuk kedalam pikiran dan
cita-cita manusia dan memberikan keterangan tentang bagaimana munculnya suatu
negara, bagaimana proses perkembangan budayanya sampai mencapai puncak
kejayaanya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti pernah di alami oleh
negara-negara atas pada zaman yang lalu peran pemimpin-pemimpin terkenal
sebagai subyek pembuat sejarah pada zamannya.
B. ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT
1. Aliran Rasionalisme.
Aliran Rasionalisme berpendapat bahwa semua
pengetahuan bersember pada akal pikiran atau rasio. Tokoh-tokohnya antara lain
sebagai berikut: Rene Descartes (1596-1650), ia membedakan adanya
tiga ide yaitu: Innate ideas (ide bawaan), yaitu sejak manusia lahir,
atventituus ideas, yaitu ide-ide yang berasal dari luar manusia dan ide
yang di hasilkan manusia itu sendiri, yaitu disebut factitious ideas. Tokoh
rasinalisme yang lain adalah Spinoza (1632-1677) dam Leibniz (1646-17160.
Sehubungan dengan itu, yang paling penting Filsafat adalah ‘’dinamisme’’nya
Leibniz ian bependapat bahwa sesuatu pada hakikatnya merupakan ‘’energi’’,
‘’kehendak’’, dan ‘’kekuatan’’ atau (dinamis).
2. Aliran Empirisme
Empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa
semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman indra. Indra memperoleh
pengalaman (kesan-kesan) dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut
terkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Tokoh-tokohnya
adalah: John Locke (1632-1704); dibedakan menjadi dua macam yaitu: (a)
pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar,
dan (b) pengalaman dalam (batin) (Reflexion). Kedua pengalaman tersebut
merupakan ide-ide yang sederhana, yang kemudian dengan proses asosiasi
membentuk ide yang kompleks.
3. Aliran Kritisime
Kritisme yang menyatakan bahwa akal menerima
bahan-bahan pengetahuan dari empiris (yang meliputi indra dan pengalaman).
Kemudiam akal menempatkan, mengatur, dan menerbitkan dalam bentuk-bentuk
pengamatn yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan
sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya. Tokoh-tokohnya adalah
Immanuel Khant (1724-1804). Aliran kritisme kant tampaknya mensintesiskan
antara rasionalisme dan empirisme.
4. Aliran Skeptisme
Skeptisme, yang menyatakan bahwa penserapan indra
adalah bersifat menipu atau menyasatkan. Namun pada zaman modern berkembang
menjadi skeptisme metodis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum
sesuatu pengetahuan diakui benar. Tokoh-yokohnya adalah Rane Descartes
(1596-1650).
5. Aliran Idealisme
Aliran idealisme ialah suatu aliran filsafat
metafisika yang berpendapat, bahwa hakikat dunia atau kenyataan itu ialah
ide, yang sifatnya rohani atau inteligasi. Dunia yang tampak saat ini hanya
‘’maya’’ bayangan /impian belaka. Filosof besar Plato sbagai pelopor aliran ini
berpendapat, bahwa dunia hakiki ialah dunia ide, dan dunia gejala itu hanyalah
bayangan saja dari dunia hakiki itu. Dunia hakiki menurut Plato adalah
dunia yang sempurna, dunia yang ideal, dimana terdapat mahluk-makhluk
prototipe yang ideal (seperti kekudaan), sedangkan dunia duniawi itu adalah
dunia yang tidak sempurna, karna hanya perwujudan dari dunia hakiki, seperti
contohnya banyak kuda yang tidak sama.
6. Aliran Realisme
Aliran realisme berpendapat, bahwa di luar
kesadaran kita yang mengetahui segala benda memang ada sesuatu sungguh-sungguh
nyata, ada (real), yang dapat di amati oleh pikiran kita melalui alat indra.
Dalam sejarah filsafat, Aristoteles termasuk pelopor aliran filsafat realis
yang klasik, yang mengatakan, bahwa dia mengakui kenyataan dunia, yang terdiri
atas benda-benda individual, serta terdiri atas zat benda, atau materi dan
bentuk, sehingga zat itu mempunyai bentuk dan rupa yang dapat kita amati.
7. Aliran Materialisme dan Nuturalisme
Aliran materialisme berpendapat, bahwa hakikat
dunia ialah materi. Domokritos seorang ahli filsafat Yunani kuno telah
menciptakan teori atom (yang artinya tidak dapat di belah). Atom di anggap
zat-benda yang paling kecil, yang mengisi segala-galanya, yang kosong. Tidak
ada apa-apanya disebut Vaccum, dan yang penuh di sebut Plenum. Aedangkan
naturalisme menganggap bahwa, satu-satunya yang ada ialah alam atu natur, yang
terdiri atas benda-benda yang ber zat, menempati ruang dan mengalami perubahan
dalam waktu. Ilmu pengetahuan IPA mempelajari hukum-hukum yang menguasai alam
atau benda ini, di antaranya dengan ilmu fisika dan ilmu kimia.
8. Aliran Pragmatisme
Istilah pragmatisme sering di hubungkan dengan
dua tokoh dari Amerika Serikat yaitu, William James (1842-1910) dan John Dewey
(1859-1952). Kaum pragmatisme mengakui terus terang bahwa, mereka tidak
dapat mengetahui dengan pasti hakikat dunia atau alam, seperti yang di kem
ukakan oleh kaum materelistis, kaum idealis, dan kaum realis. Pragmatisme
menganggap, bahwa manusia dengan segala keterbatasan peralatanya, tedak akan
mampu mengetahui hakikat alam semesta,karna alam sering berubah oleh hukum
waktu. Pragmatisme menyadari sekali, bahwa pengetahuan kijtra selalu memerlukan
revisi, bahwa pengetahuan kita selalu memerlukian revisi dan rekonstruksi untuk
menyesuaikan dengn perubahan zaman. Tetapi di sisi lain pragmatisme juga
menyadari bahwa pengetahuan sangat diperlukan untuk memperbaiki khidupan
manusia.
C. TUJUAN FILSAFAT SEJARAH
Filsafat sejarah bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mnyelidiki sebab-sebab
terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan hakikat dan makna yang
terdalam tentang peristiwa sejarah.
2. Memberikan pertanyaan atas
jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki semua sebab timbulnya
semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada.
3. Melali studi mendalam
tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang memiliki vision atau
wawasan dan pandangan yang luas.
4. Studi filsafat sjarah dapat
menjadikanseseorang berfikir analitis-kronologis serta arif-bijaksana atau
wisdom.
5. Filsafat sejarah bertujuan
membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi makna dari pada sejarah
menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan
berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia.
D. RUANG LINGKUP KAJIAN FILSAFAT SEJARAH
Pada hakikatnya filsafat sejarah berusaha mencari
penjelasan tentang perbuatan manusia yang sudah terjadi. Filsafat sejarah juga
mencoba memberikan jawaban atas sebab-sebab dan alasan segala peristiwa sejarah
yang sudah terjadi. Filsafat sejarah berusaha masuk ke dalam pikiran dan
cita-cita manusia dan memberikan tantang maju dan mundurnaya bangsa-bangsa,
tentang maju dan mundurnya perkembangan kebudayaan.
Oleh karena peristiwa dan kejadian-kejadian itu
tidak terletak di depan muka manusia seperti halnya dengan bahan –bahan
untuk menguji formulu-formula kimia.kejadian dan peristiwa sejarah terdiri atas
beberapa phenomena dan phenombena-phenomena tersebut di anggap dan diartikan
oleh manusia secra berbeda-beda; walaupun pada akhirnya manusia dengan menggunakan
akal pikiranya akan senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal
secara objektif terhadap phenomena-phenomena sejarah yang akan menghasilkan
suaatu rangkain peristiwa sejarah.
Filsafat sejarah sebagai salah satu cabang
fisafat mengandung 2 (dua) aspek kajian yaitu:
Pertama; filsafat sejarah berusaha untuk mengetahui dengan pasti faktor-faktor
apa yang menyebabkan serta menguasai semua kejadian peristiwa jalannya sejarah.
Usaha ini telah di kgembangkan dan berlangsung sejak beberapa abad yang lampau.
Kedua; filsafat sejarah berusaha untuk menguju kemampuan beberapa metode ilmu
sejarah serta memberi penilaian tentang hasil analisis dan
kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya sejarah. Usaha ini belum terlalu
lama di kembangkan oleh para ahli filsafat. (bandingkan dengan W.J. Van der
Meulen SJ, 1987:12)
E. TOKOH-TOKOH PELOPOR FILSAFAT SEJARAH
Sungguhpun filsafat sejarah sudah berkembang lama
sebelum terdapat penelitian ilmiah mengenai fakta-fakta sejarah, di lingkungan
dunia barat, baru terjadi sungguh hbar sejak abd ke 19, teritama di jerman
dengan Herder, Emmanuael Kant, Hegel, Karl Marx, Fichte dan sejumlah ‘’ dewa’’
filsuf sejarah lainnya. Para ahli ini menjalankan semacam ‘’analisi sejarah’’
berdasarkan sistem pemikiran mereka dan berdasarkan sejumlah ‘’gejala’’ dan
phenomena-phenomena sejauh yang di pilih, yang belum pernah di pelajari dengan
mendalam. Memang gejala tersebut hanya di hargai sebagai bahan untuk memupuk
ilham mereka, namun di susun secara rapi. Kebanyakan mereka kurang sependapat
dengan penyelidikan sejarah, yang baru mulai berkembang di bawah pimpinan
Niebuhr dan Ranke.
Setelah hasil-hail sejarah mulai tampak,
kewibawan para filusuf mulai menjadi semakin suram. Syukurlah mereka di tolong
oleh ahli-ahli sejarah sendiri, terutama pengikut Renke dan juga ahli-ahli
sejarah dari luar jerman yang sudah melupakan kebijaksanaan guru mereka. Mabuk
oleh sukses-sukses tadi, mereka di timpa kesombongan dan mengambil alih
‘’selimut kenabian’’ dari para filsuf, mereka mulai ‘’berupacara’’ sendiri
sebagai ‘’penjaga harta’’ zaman lampau serta menjadi peramal dari depan.
Demikianlah filsafat telah ‘’diperalat’’ oleh ahli-ahli sendiri sehingga
muncul ‘’historisme’’ dan sampai sekarang terus ada pengikutnya.
Namun salah satu akar ilmu yang baru berkembang
ini, yaitu usaha menetapkan ‘’wie-es-eigentlich-gewesen-ist’’, sejak
semula telah menghadapi tantangan berat. Dilthey dan Crose menggarisbawahi
perbedaan yang mereka anggap penting sekali antara pokok persoalan ilmu dan
pokok persoalan sejarah. Dalam istilah-istilah yang kasar, perbedaan ini
mungkin dapat digambarkan/ diwakili oleh dikotomi terkenal antara “jiwa” dan
“alam”.
Kajian filsafat yang kedua, yaitu menguji metode
dan kepastian ilmu sejarah, mulai berkembang di wilayah pimpinan Dilthey,
Rickert, Croce, Collingwood, dan lain-lain walupun dalam lapangan filsafat ini
belum di capai suatu kesepakatan bersama, harus kita akui, usaha mereka
merupakan sumbangan yang penting ke arah pengertian yang lebih baik akan
hakikat dan kemungkinan-kemungkinan pengembangan ilmu sejarah.
Usaha mereka dapat kita harapkan akan bemanfaat
selama penyelidikan itu tidak bersifat amatir, tetapi sungguh-sungguh dilakukan
oleh para ahli filsafat. Lebih baik lagi kalau penyelidik di samping ahli
filsafat, juga ahli sejarah, atau sekurang-kurangnya orang yang pernah
menjalankan penyelidikan historis berdasarkan sumber-sumber yang asli, sehingga
dia sungguh-sungguh mengenal obyek yang di selidiki, ialah cara bekerja ilmu
sejarah.
F. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT SEJARAH
1. Filsafat Sejarah pada Zaman Pertengahan
Perkembangan filsafat sejarah pada zaman pertengahan
pada pokoknya menunjukkan sifat-sifat yang religius. Segala kejadian di
terangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya kepada tuhan sebagai pencipta,
penyelamatf dan hakim seluruh umat manusia. Isi dan seluruh hidup ialah
kerajaan tuhan. Dari pandangan itu terjadi bahwa kajian sejarah di zaman
pertengahan bukan sebab-bebab dan alasan-alasan terhadap kajian sejarah,
melainkan tentang tujuan (arahteleologis). Pada umumnya perkembangan filsafat
sejarah, seperti pandangan St. Agustinus seakan-akan mewakili pandangan yang
tetap dan utama untuk selruh zaman pertengahan tersebut. Juga percobaan dari
Otto Van Freishing atas pandangan tersebut itu. Otto Van Freishing mengalami
perselisihan antara grreja dengan negara mencoba menyusun suatu sejarah berkat
pikiran-pikiran filsuf. Dalam segala hal yang sudah di tulisnya ia berusaha
memberikan yang benar. Otto sudah mengerti ada hukum atau aliran yang gtertentu
di dalam sejarah bergerak tak berhentinya dan gerakan dari perjuangan dan
kemenangan. Akan tetapi kejadian yang kurang baik (Kummervollen Greschehniscen)
di pandangnya sebagai metode pendidikan dari tuhan yang mau berkata pada
manusia bahwa tidak ada yang tertentu dan pasti di dunia ini. Dan akhirnya
menurut pendapatnya segala pengetahuan ilmu pengetahuan bergerak dari timur ke
barat.
2. Filsafat Sejarah pada Zaman Renaissance
Memasuki masa Rennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode
dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolution
yang dipelopori oleh sekelompok sanitis antara lain Copernicus (1473-1543),
Galileo Galilei (1564-1542) dan Issac Newton (1642-1727) yang mengadakan
pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kukuh.
Selanjutnya pada Abad 17, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yang ditandi
dengan munculnya Roger Bacon (1561-1626).Bacon lahir di ambang masuknya zaman
modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Bacon menanggapi
Aristoteles bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat
kontemplatif.Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk
memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu
berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.Pengetahuan manusia hanya
berarti jika nampak dalam kekuasaan mansia; human knowledge adalah human
power.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode
eksperimental dana matematis memasuki abad 16 mengakibatkan pandangan
Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan akhirnya ditinggalkan
secara defenitif. Roger Bacon adalah peletak dasar filosofis untuk perkembangan
ilmu pengetahuan.Bacon mengarang Novum Organon dengan maksud
menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori
baru.Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di Inggris pada masa
sesudahnya.Novum Organon atau New Instrumen berisi suatu
pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu
bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang
absurd.
Hart mengaggap Bacon sebagai filosof pertama yang bahwa ilmu pengetahuan
dan filsafat dapat mengubah dunia dan dengan sangat efektif menganjurkan
penyelidikan ilmiah.Beliaulah peletak dasar-dasar metode induksi modern dan
menjadi pelopor usaha untuk mensistimatisir secara logis prosedur
ilmiah.Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan untuk manusia
menguasai kekuasaan alam melalui penemauan ilmiah Menurut Bacon, jiwa manusia
yang berakal mempunyai kemamapuan triganda, yaitu ingatan (memoria),
daya khayal (imaginatio) dan akal (ratio).Ketiga aspek tersebut
merupakan dasar segala pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa
dan diselidiki (historia), daya khayal menyangkut keindahan dan akal
menyangkut filsafat (philosophia) sebagai hasil kerja akal.
G. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU SEJARAH
Hubungan Filsafat dengan Ilmu Sejarah saling terkait, baik secara
subtansional maupun ilmiah, karena adanya ilmu filsafat yang didukung oleh
sejarah. Pada awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia ini beranggapan
bahwa semua kejadian dialam ini dipengaruhi oleh para Dewa. Karenanya, para Dewa
harus dihormati dan disembah. Dengan filsafat, pola piker yang selalu
tergantung pada Dewa diubah menjadi pola piker ke depan berdasarkan pengalaman
dan berdasarkan rasio.
Sejarah sebagai ilmu dapat terjatuh atau
bersifat non ilmiah yang berhubungan dengan filsafat, untuk itu, sejarah
harus dimoralkan dan diubah menjadi abstrak.
1.
Sejarah di moralkan
2. Sejarah sebagai ilmu yang konkret dapat
menjadi filsafat yang abstrak.
Pada zaman pertengahan sejarah dipengaruhi
teologi,pada abad ke-19 oleh liberalism dan nasionalisme.Dan abad ke-20 oleh
marxisme, reaksi terhadap moralisasi sejarah sudah terjadi pada abad ke-19
ketika sejarah terpengaruh oleh aliran filsafat positivisme dalam semua ilmu.
Sejarah berusaha mandiri sebagai ilmu positif
dengan Leopold Van Ranke (1795-1886) dari Jerman yang menganjurkan supaya
sejarah hanya menulis “ Apa sesungguhnya yang terjadi”, ia sering disebut
sebagai bapak historiografi modern, dengan cara menulis tentang apa yang
sesunguhnya terjadi.
Sejarah akan menjadi objektif, sering tokoh-tokoh agama dari
zaman pertengahan di eropa dijadikan teladan bagi modal masyrakat. Filsafat itu
abstrak (bahasa latin abstraktus berarti pikiran) dan spekulatif (bahasa latin
spekulation berarti gambaran angan-angan) dalam arti filsafat hanya berurusan
dengan pikiran umum. Kalau sejarah berbicara tentang manusia, maka yang
dibicarakan ialah orang tertentu yang mempunyai waktu dan tempat, serta
terlibat dalam kejadian. Filsafat sebaliknya, kalau ia berbicara tentang
manusia,maka manusia itu ialah manusia pada umumnya, manusia yang hanya ada
dalam gambaran angan–angan. Namun adakalanya sejarah bukan saja selalu benar secara faktual, tetapi benar secara
filsafat4.
H. PENGARUH FILSAFAT TERHADAP ILMU
SEJARAH
Filsafat sangat berpengaruh terhadap ilmu sejarah karena filsafat yang
merupakan pemikiran manusia secara kritis selalu dan terus menerus berkembang. Hal ini didalami tidak
dengan melakukan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara
jelas serta solusi yang paling tepat. Filsafat akan berhubungan dengan sejarah
karena perkembangannya. Dalam perkembangan tersebut, filsafat akan mengurai
sejarahnya, dari siapa filosof pertama sampai sekarang ini, selain itu apa
kajiannya dan bagaimana juga ada.
Sebagai contoh: Bila kita mengkaji sejarah filsafat Islam, terutama di
perguruan-perguruan tinggi, maka kita akan menemukan adanya silabus yang
seragam. Yaitu kajian filsafat Islam yang diawali dengan
kajian terhadap al-Kindi. Selanjutnya diikuti oleh al-Farabi, Ibn Sina,
al-Ghazali, Ibn Rusyd dan kawan-kawan, dan setelah itu selesai.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Bakker, Anton 1984. Metode Metode Filsafat, Jakarta : Ghalia Indonesia.
2. Noor,
Hadian. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang : Citra Mentari Group. 1997.
3.
Osborne, Richard. Filsafat Untuk Pemula. Yogyakarta : Kanisius. 2001.
4.
Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2004.
5.
Turnbull, Neil. Bengkel Ilmu Filsafat. Jakarta : Erlangga. 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar